Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis kopi susu di Indonesia semakin nikmat. Hanya butuh waktu sekitar 18 bulan, maka modal awal bisnis kopi yang dikeluarkan sudah bisa kembali ke tangan pemodal.
Maraknya bisnis kopi kekinian menciptakan tren terbaru. Kopi susu menjadi minuman paling disukai di Indonesia. Setidaknya, telah ada pemesanan 15 juta gelas es kopi susu di Indonesia.
Owner Kopi Mori, Muhammad Khadafi menuturkan bahwa bisnis kopi kekinian telah menjadi gaya hidup masyarakat luas, untuk semua kalangan. Kopi kekinian memang tengah menjadi primadona banyak pengusaha, khususnya generasi muda yang ingin terjun ke dunia bisnis.
“Potensi pasar kopi di Indonesia masih sangat besar,” ungkapnya dalam seminar Seruput Untung di Kedai Kopi, Minggu (23/2/2020). Seminar ini merupakan kerja sama Toffin Indonesia, Bisnis.com dengan Grabfood.
Khadafi mengatakan para pengusaha baru yang ingin terjun ke bisnis kopi kekinian masih memiliki peluang yang besar untuk berhasil, kendati saat ini sudah banyak pemainnya mulai dari perusahaan besar hingga pengusaha lokal.
Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk menggeluti bisnis minuman ini. Pertama, riset mendalam yang meliputi rencana lokasi kedai, peta kompetitor, perilaku target konsumen, dan lain-lain.
Kedua, hitung kemampuan diri sendiri. Setelah melakukan riset, yang harus dilakukan adalah melihat kemampuan internal, melingkupi modal dan sumber daya lainnya untuk menentukan jenis bisnis yang sesuai, tidak dipaksakan.
Ketiga, jangan gampang menyerah. “Dalam bisnis, jatuh bangun itu mutlak. Belum tentu rugi di awal-awal akan terus berlanjut, jadi jangan cepet nyerah ketika mulai merasakan rugi. Sambil belajar juga apa yang salah dan gimana mengatasinya,” jelasnya.
Kedai Kopi Mori didirikan oleh empat pewarta. Es kopi susu kini menjadi bisnis yang menguntungkan./Instagram @kopimori_
Rifaldi Yudha S, pengusaha dari Tempat Bercakap Kopi menambahkan bahwa dua kata yang harus dimiliki para pengusaha baru ini adalah yakin dan jelas. Yakin dengan produk dan sumber daya yang dimiliki. Jelas siapa target pasarnya dan jelas bagaimana strateginya.
Dia juga menyarankan para pengusaha yang ingin terjun ke dunia bisnis untuk belajar banyak hal yang bersifat makro seperti akuntansi dan iklim bisnis. Selain itu, perlu juga pengusaha untuk belajar hal mikro seperti pengetahuan tentang kopi itu sendiri.
“Buka bisnis sekarang udah enggak kaya dulu, yang kalau punya modal bisa langsung buka bisnis. Sekarang perlu bener-bener riset dan belajar banyak hal karena persaingannya sudah sangat ketat,” kata Rifaldi.
Talkshow "Seruput Untung di Kedai Kopi" sebagai rangkaian acara BrewFest 2020 di Senayan City, Jakarta, Minggu (23/2) - Bisnis/Syaiful Millah
Dalam talkshow tersebut hadir juga Hadi Surya Koe selaku Head of Marketing Grabfood Indonesia, yang memberikan perspektif tentang pentingnya kolaborasi dan promosi dalam menjalankan bisnis kopi kekinian.
Kehadiran platform dalam jaringan (daring) memang tak bisa dipungkiri memainkan andil besar dalam perubahan pola konsumsi makanan dan minuman masyarakat. Layanan pengantaran makanan (food delivery) juga telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat urban.
Terkait tren kopi kekinian, Hadi mengungkapkan berdasarkan data internal perusahaan, sepanjang 2019 lalu penjualan kopi di Asia Tenggara naik 14 kali lipat. Dia juga mengklaim, para pengusaha atau mitra yang bekerja sama dengan Grabfood rerata menghasilkan keuntungan hingga 2 kali lipat.
“Melalui pengembangan teknologi dan berbagai fitur layanan, kami selalu fokus dan berkomitmen untuk mengakselerasi pertumbuhan seluruh pihak. Bagi perusahaan, mitra, dan konsumen. Win-win solution untuk semua,” tandasnya.