Bisnis.com, JAKARTA - Saat memulai bisnis dengan modal kecil, maka pelaku bisnis harus memiliki tekad yang besar, termasuk dalam bisnis keripik tempe.
Pelaku usaha kripik tempe, Mustiyah telah memulai bisnis keripik tempe sejak 7 tahun lalu. Kegiatan membuat dan menjual kripik tempe ini berawal dari keinginannya untuk mengisi waktu luang sebagai ibu rumah tangga, sembari mencari tambahan kebutuhan dapur.
Modal awal yang dimiliki Mustiyah sekitar Rp200.000. Modal tersebut digunakan untuk membeli kacang kedelai, tepung tapioka, garam, dan minyak goreng.
Saat memulai usaha keripik tempe, Mustiyah belajar hanya dari mencoba-coba mengaduk kedelai dan tepung tapioka, mengiris, dan menggoreng.
Terkadang irisan keripik tempe terlalu tebal, terkadang saat proses penggorengan keripik berwarna kemerahan. Namun, Mustiyah tidak jera dengan kegagalan tersebut.
"Biasanya, kalau yang saya goreng terlalu merah atau ada yang kurang pas, saya akan kasih ke orang lain dan bilang, kalau keripik tempe yang dikasih belum sempurna. Namun, kadang ada juga yang terbuang," ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (9/2/2022).
Baca Juga
Setelah belajar dari kegagalan, kini keripik tempe Mustiyah menjadi yang paling diincar oleh pembeli. Sebab, keripik tempenya lebih krispi dan tidak berbau apek saat disimpan dalam waktu dua minggu.
Mustiyah menjual 1 kg keripik dengan harga Rp90.000 per kemasan. Setiap harinya, dia bisa menjual 4 kg keripik tempe. Produksi hariannya tidak banyak dan sangat terbatas, karena dia hanya mengerjakannya sendiri di rumah.
Selama sebulan, omzet penjualan keripik tempe berada pada kisaran Rp5 juta. Baginya, usaha kecil-kecilan keripik tempe ini bisa membantu dapur semakin mengepul.
Mustiyah juga mengasuh dua orang anak yang yatim piatu. Suaminya bekerja sebagai pembuat tempe, untuk produksi sehari biasanya membutuhkan sekitar 40 kg kedelai.
Saat harga kedelai naik, Mustiyah dan suaminya kebingungan untuk menjalankan bisnisnya, ditambahkan lagi tempe dan keripik tempe sempat tidak laku di pasar. Dia menceritakan bahwa suaminya pernah membuang tempe dalam jumlah banyak.
Untuk melanjutkan bisnis tempe, maka Mustiyah dan suaminya meminjam KUR dari BRI. Nilai yang didapatkan mencapai Rp50 juta, dengan tenor 2 tahun.
Sampai akhir Desember 2021, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp194,9 triliun kepada 6,5 juta debitur. Angka tersebut mencapai 99,65 persen dari kuota KUR yang dialokasikan pemerintah kepada BRI pada 2021, yakni sebesar Rp195,59 triliun.
Penyaluran KUR BRI sepanjang 2021 juga tercatat naik 40,7 persen secara tahunan year on year dibandingkan dengan penyaluran pada Desember 2020 yang mencapai Rp138,5 triliun.
Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto mengungkapkan jumlah nasabah baru untuk KUR Mikro mencapai 61 persen sampai dengan Desember 2021. Selain itu, untuk nasabah baru KUR Super Mikro tercatat sebanyak 97,6 persen. Sebaran KUR juga meningkat.
Pada 2019 jangkauan sebaran KUR mencapai 5,4 dari 100 orang mendapatkan fasilitas dari BRI. Sementara tahun 2021, meningkat signifikan menjadi rata-rata sebanyak 8,7 dari 100 orang mendapatkan fasilitas KUR BRI.
Dari sisi sektor ekonomi, BRI telah menyalurkan KUR sektor produksi sebesar 56,16 persen. Secara berturut-turut paling besar adalah sektor perdagangan dengan nilai Rp85,4 triliun, sektor pertanian Rp61,1 triliun, dan sektor industri pengolahan Rp19,5 triliun.