Bisnis.com, JAKARTA - Bali Honey merupakan salah satu UMKM asal Bali yang berada di KTT G20.
Bahkan, Bali Honey kini menjadi salah satu produk yang tengah mencuri perhatian sebagian delegasi negara luar hingga para petinggi negara, salah satunya Sandiaga Uno hingga pengusaha ternama, yakni Poppy Dharsono.
Adapun, yang membuat Bali Honey kian diminati selama KTT G20 berlangsung, sebab brand ini punya ciri khas rasa unik dan kualitas madu yang sudah teruji baik, serta dalam proses pembuatan, produk ini terus berupaya untuk memberdayakan petani sekitar hingga terus menjaga pemeliharaan alam sekitar.
Lantas, seperti apa profil dan perjalanan bisnis UMKM Bali Honey yang mengutamakan konsep sustainable yang ramah lingkungan ini? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Profil Bisnis Bali Honey
Diketahui, UMKM Bali Honey sendiri berawal dari sebuah usaha keluarga milik keluarga yang telah berdiri sejak tahun 1982. Kemudian pada 1 Juli 2017, Ismail sang anak, dipercaya untuk mengendalikan usaha keluarganya dengan melakukan re-branding agar bisa bersaing di pasar disesuaikan dengan kondisi saat ini.
“Dulu, pembuatan madu kita sendiri sangatlah tradisional. Saya pikir, untuk saat ini sudah tidak relevan lagi. Akhirnya, saya memutuskan untuk membuat corporate brand, yakni Honey Republic yang terdiri dari beberapa brand lainnya,” jelas Ismail saat dihubungi Bisnis pada Selasa (15/11/2022).
Baca Juga
Sejak awal kehadirannya, Bali Honey memang konsisten memproduksi madu asli yang berasal dari hasil panen lebah milik keluarga yang terpelihara kesehatannya.
Di mana, lebah-lebah tersebut ditempatkan pada area vegetasi minimum 5 kilometer dari jalan raya atau pusat polusi baik udara maupun suara, sehingga lebah tersebut menghisap nektar asli dari bunga yang tumbuh subur alami tanpa penyemprotan kimia atau GMO dalam bentuk apapun.
“Hal yang membuat produk ini makin otentik di pasar lokal maupun internasional, karena selain kita terus menjaga kemurniannya, kita pun menjaga alam tetap lestari dan terus melakukan kerja sama guna memberdayakan petani sekitar, seperti di desa Karangasem, Singaraja, Jimbaran dan Jembarana,” ungkap Ismail.
Sebagai informasi, tak hanya berlabel logo halal. Bali Honey juga menjadi satu-satunya produk madu yang telah mengikuti standar SNI 8664:2018 dan memiliki standar mutu internasional tersertifikasi ISO 9001:2015.
Permintaan Madu dalam Negeri Sangat Tinggi
Meski Honey rutin mengirimkan produknya sampai ke Singapura dan Amerika. Namun, berkat kecermatan dirinya dalam melihat pasar, membuat saat ini produk Bali Honey juga didominasi oleh pasar Jakarta dan Bali.
Ismail menjelaskan permintaan madu di Indonesia masih sangatlah tinggi. Sehingga, pasar untuk produk ini masih sangat terbuka lebar.
“Kita itu masih kekurangan 6.400 ton madu dalam setahun, di mana konsumsi rata-rata masyarakat Indonesia 12gram perhari. Artinya, produk madu sangat punya peluang besar di dalam negeri. Terkait harga, juga kita lebih tinggi. Misal, dibanding Perancis, madu lokal kita 30 persen lebih tinggi. Lalu, di Rusia, harga kita juga lebih tinggi 40 persen. So, saya rasa saat ini kita fokus dalam negeri dulu untuk bisa memberikan madu dengan mutu terbaik yang berkhasiat, sehingga kita bisa menekan penetrasi pasar dengan produk madu oplosan dan sintetik, akibat kekurangan suplai dari kita,” ucapnya.
Tingkatkan Penjualan dengan Manfaatkan Program Pemerintah
Peran aktif pebisnis untuk mengikuti berbagai kegiatan pameran juga turut mendukung perkembangan brand tersebut.
Ismail mengungkapkan dengan memanfaatkan keberadaan lembaga pemerintah di dalam dan luar negeri, seorang pelaku usaha dapat dengan mudah melakukan promosi, hingga mendapatkan informasi kebutuhan komoditi, peluang pasar, hubungan dagang, informasi buyer yang tentu berpengaruh pada kenaikan penjualan secara signifikan.
"Saat ini, BUMN punya program binaan untuk scale up bisnis. Selain mendapat modal, sebuah UMKM juga bisa punya mentor sehingga bisa terus improve produk sesuai dengan minat pasar,” katanya.
Bali Honey Tawarkan Peluang Kerja Sama
Tentu, dengan segala pencapaian dan keikutsertaan UMKM Bali Honey dalam tiap program pemerintah, menandakan bahwa UMKM tersebut ingin segera naik kelas.
Secara jelas, UMKM Bali Honey pun membuka kesempatan bagi para calon investor atau UMKM lain agar bisa melakukan kolaborasi guna mengembangkan bisnis dan memperluas pasar.
“Kedepannya, kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, sehingga pada akhirnya kita butuh petani buah agar kita bisa juga memasarkan produknya. Kita pun saat ini berkolaborasi dengan umkm yang menghasilkan craft, gunanya untuk packaging produk Bali Honey dalam bentuk hampers. Tak menutup kemungkinan akan ada kerja sama lainnya,” tutup Ismal kepada Bisnis.