Bisnis.com, JAKARTA - PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) kini sedang menjadi sorotan usai dikabarkan akan menggarap Tol Kediri-Tulungagung yang ikut mendongkrak saham GGRM.
Hal ini sangat menarik, mengingat sektor industri tembakau diwarnai sentimen negatif kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) sejak akhir tahun lalu.
Tentu, dengan adanya pembangunan jalan tol Kediri-Tulungagung yang merupakan strategi diversifikasi bisnis yang dilakukan yang akan mulai dibangun pertengahan tahun ini, berpotensi memberikan pendapatan yang bisa menopang kinerja Gudang Garam di masa mendatang.
Meski kehadiran Gudang Garam tentu tidak terlepas dari sosok sang pendiri, Surya Wonowidjojo. Namun, pada nyatanya peran Susilo Wonowidjojo, anak ketiga dari pendiri Gudang Garam pun tak kalah penting dalam pencapaian Gudang Garam saat ini.
Lantas, seperti apa sosok dari Susilo Wonowidjojo? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Melansir dari Tatler Asia, Susilo Wonowidjojo memperoleh kekayaan dari perusahaan kretek milik ayahnya, Gudang Garam, yang memproduksi sekitar 91 miliar batang rokok pada tahun 2021.
Baca Juga
Berdasarkan Forbes, sang kakak sulung, Rachman Halim yang merupakan Presiden Direktur sejak 1984 telah menemani perjalanan bisnis Gudang Garam hingga akhir kematiannya pada tahun 2008.
Alhasil, bisnis keluarganya pun otomatis diturunkan kepada Susilo yang menjabat sebagai Direktur Utama sejak 2009, saudara perempuannya Juni Setiawati adalah presiden komisaris. Putra Indra Gunawan Wonowidjojo pun turut diangkat menjadi wakil direktur utama pada Juni 2022.
Berkat nilai-nilai perusahaan dari sang Ayah, di mana sikap kerja keras dan menempatkan karyawan menjadi mitra yang utama, alhasil Susilo berhasil mengembangkan Gudang Garam dan sukses melakukan ekspansi ke bidang infrastruktur, mulai dari pembangunan dan pembangunan jalan tol pada tahun 2019, serta sedang membangun Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur.
Melansir dari Data Indonesia, kini Gudang Garam menjadi salah satu produsen rokok terbesar di dunia pada 2019, menurut data Statista. Gudang Garam juga menguasai 27,5 persen pangsa pasar rokok di dalam negeri. Selain usaha rokok, Susilo memiliki bisnis di sektor transportasi udara melalui PT Surya Air.
Dia juga menjajaki bisnis di sektor agribisnis melalui PT Matahari Kahuripan Indonesia (Makin Group), sektor pemasaran produk rokok, dan investasi dari PT Surya Dhoho Investama.
Berdasarkan Forbes, per 2022 harta kekayaan Susilo mencapai US$3,5 miliar atau setara dengan Rp52,4 triliun.
Perjalanan Bisnis Gudang Garam
Terkait kehidupan awal sang Ayah, Surya Wonowidjojo sendiri bermigrasi ke Indonesia dari China dan tinggal di Sampang, Madura pada 1927. Lalu, tahun 1958 sang Ayah memulai usaha bersama sang paman dari sebuah industri rumahan, di mana roduk kretek yang diproduksi pertama kali adalah SKL dan SKT.
Singkat cerita, seiring perkembangan usaha yang makin maju, pada tahun 1960
Gudang Garam membuka cabang yang kemudian disusul pembukaan 2 unit lahan baru pada bulan September 1968 bernama Unit I di atas sebidang lahan seluas 1000 meter persegi. Pada tahun yang sama dibangun pula sebuah unit produksi baru yang disebut Unit II.
Sebagai informasi, anaknya yaitu Rachman Halim alias Tjoa To Hing mulai diterjunkan oleh sang Ayah pada 1969. Kala itu, dia disuruh mengawasi perluasan pabrik hingga diajarkan membedakan rasa rokok.
Mengikuti perkembangan dan kemajuan usaha, pada tahun 1969 Gudang Garam yang awalnya merupakan industri rumahan mengubah status dari Perusahaan Perseorangan menjadi Firma. Unit Produksi dipindah dari Gurah ke Kediri.
Selang dua tahun, Gudang Garam kembali mengubah status dari Firma menjadi Perseroan Terbatas (PT). Pada tahun yang sama, terbit bantuan fasilitas dari pemerintah berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), di pada tahun 1979 Gudang Garam pun mengembangkan jenis produk Sigaret Kretek Mesin (SKM).
Saat itu, terjadi restrukturisasi manajemen, di mana pada 1984 Rachman si anak sulung ini memangku jabatan Presiden Direktur. Setahun kemudian, Surya Wonowidjojo meninggal dunia pada 28 Agustus 1985.
Namun, meski bisnisnya telah dia tinggalkan. Tapi, berkat kerja keras anak-anaknya dalam meneruskan bisnis keluarga. Alhasil, pada tahun 1990, Gudang Garam berhasil mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, yang mengubah statusnya menjadi Perusahaan Terbuka.
Kemudian di tahun 2002, Gudang Garam memproduksi jenis rokok baru, yaitu kretek mild yang ditandai dengan berdirinya Direktorat Produksi Gempol di Pasuruan Jawa Timur.
Bahkan, PT. Surya Madistrindo adalah perusahaan yang dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk. untuk menjalankan distribusi produk-produk sigaret Gudang Garam bersama dengan 3 perusahaan distribusi lainnya. Di tahun 2009, SM ditunjuk sebagai distributor tunggal yang memegang kendali strategi distribusi dan field marketing untuk seluruh wilayah Indonesia yang tersebar pada 12 kantor perwakilan regional dan lebih dari 180 kantor perwakilan area di Indonesia.
Sampai akhirnya, bulan Januari 2013, Gudang Garam mulai beroperasi gedung baru di Jakarta, untuk menunjang proses produksi yang semakin progresif.