Bisnis.com, JAKARTA - Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) menunjuk Timothy J. Mayopoulos atau Tim Mayopoulos sebagai CEO baru Silicon Valley Bridge Bank, N.A buatan FDIC.
Sebagai informasi, Silicon Valley Bridge Bank, N.A menjadi bank perantara untuk menjembatani segala pemindahan aset dan deposito nasabah secara aman.
Hal ini menjadi langkah lanjutan FDIC untuk menghentikan sentimen negatif bagi perbankan di AS, yang dikhawatirkan menurunkan kepercayaan nasabah di perbankan lainnya.
Melalui email, sang CEO baru itu mengatakan, bank itu telah membuka kembali pemberian pinjaman dan menjalankan bisnis seperti biasa pada Senin (13/3/2023).
“SVB tetap buka dan menjalankan bisnis seperti biasanya," ujarnya dalam email tersebut, dikutip dari TechCrunch, Rabu (15/3/2023).
Kini, tugas Mayopoulos adalah mengembalikan kepercayaan nasabah atas kekacauan yang terjadi selama seminggu terakhir.
Baca Juga
Lantas, seperti apa sosok dari Tim Mayopoulos ini? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Pendidikan Tim Mayopoulos
Mayopoulos menghabiskan waktunya di Universitas Cornell untuk studi bahasa Inggris pada 1980. Lalu, dirinya melanjutkan pendidikan hukum di Universitas New York pada 1984.
Mayopoulos mengatakan, dia berasal dari latar belakang yang sederhana bahkan biaya kuliahnya juga didapatkan dari hasil berburu beasiswa.
Perjalanan Karier Tim Mayopoulos
Dia memulai karirnya sebagai juru tulis untuk hakim di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Selatan New York sebelum berpraktik hukum sebagai pengacara di Davis Polk & Wardwell selama delapan tahun.
Sejak dari 1994 hingga 2000, dirinya bekerja di banyak perusahaan, sampai akhirnya bergabung dengan Credit Suisse hingga 2001 dan pidah ke Deutsche Bank pada 2002 sampai 2004.
Berkat pengalaman kerja yang sangat mumpuni, di mana sebagian besar dirinya telah menjabat sebagai petinggi banyak bank. Tak heran, jika perusahaan Bank of America pun terkesan dan membujuk dirinya untuk berkarier di sana sebagai Wakil Presiden dan Penasihat Umum pada 2004 hingga 2008.
Selama lima tahun berkarier, Mayopoulos memilih bergabung dengan Fannie Mae yang disponsori pemerintah pada tahun 2009. Di sana, dirinya harus melewati pergolakan krisis keuangan.
Di bawah masa jabatannya, Fannie Mae pulih dari resesi dan menerapkan teknologi baru untuk menghadirkan lebih banyak keamanan dan transparansi pada pinjaman hipotek. Mayopoulos bekerja keras untuk akhirnya memimpin perusahaan hipotek hingga akhir 2018.
Kemudian, dirinya pindah pada 2019 mengisi jabatan baru sebagai presiden di Blend, sebuah perusahaan perangkat lunak berbasis cloud yang memproses hipotek dan perbankan konsumen.
Hingga waktunya pun tiba, kala FDIC mengambil alih Silicon Valley Bank minggu lalu, agensi menunjuk Mayopoulos untuk menjadi CEO baru perusahaan.
Dalam surat tersebut, Mayopoulos menjelaskan bahwa FDIC mentransfer semua aset yang dipegang oleh Silicon Valley Bank ke "bank perantara" yang dioperasikan FDIC yang disebut, "Silicon Valley Bank, NA," di mana deposan memiliki akses penuh ke uang mereka dan deposito secara aman.
Mantan CEO Silicon Valley Bank
Sebelum Mayopoulos masuk, Silicon Valley Bank sebenarnya lebih dulu dipimpin oleh Becker sejak 2011. FDIC mengumumkan Becker telah digulingkan dari jabatan tersebut pada hari Jumat (10/3/2023).
Masalahnya benar-benar dimulai pada 8 Maret, ketika bank membuat pengumuman mengejutkan soal bagaimana mereka sedang mengumpulkan uang tunai melalui penjualan saham, mereka pun mengakui menjual aset US$21 miliar atau setara dengan Rp323,2 triliun dengan kerugian US$1,8 miliar atau setara dengan Rp27,7 triliun dalam upaya untuk mengikuti penarikan.
Dalam sebuah surat kepada klien 8 Maret, Becker mendesak mereka untuk tidak menarik dana dari bank, mengatakan bahwa Silicon Valley Bank dapat mengatasi tekanan tersebut
Namun, dia mengakui simpanan nasabah yang masuk lebih rendah dari perkiraan bulan lalu, bahkan lewat aksinya membuat Silicon Valley Bank memiliki saldo kas negatif sekitar US$958 juta atau setara dengan Rp14,7 triliun.
Pada 10 Maret, FDIC secara tegas menutup bank dan mengambil alih segala asetnya.
Becker banyak dikritik karena menjual US$3,6 juta atau setara dengan Rp55,3 miliar saham Silicon Valley Bank kurang dari dua minggu sebelum kebangkrutan.
Sejak saat itu, klien dan karyawan Silicon Valley Bank menyalahkan Becker karena menyebarkan kepanikan yang menyebabkan keruntuhan bank.