Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intip Kepemimpinan Satya Nadella, CEO Microsoft yang Sempat Diremehkan

Satya Nadella percaya bahwa sifat yang harus dimiliki adalah kemampuan untuk melihat dan berkomunikasi dengan jelas di masa turbulensi.
Satya Nadella, CEO Microsoft. /Reuters
Satya Nadella, CEO Microsoft. /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Satya Nadella merupakan pemimpin dari perusahaan Microsoft sejak 2014 menggantikan Steve Ballmer. Dia telah meniti kariernya sejak 1992 di Microsoft.

Kepemimpinan CEO Apple Tim Cook atau CEO Tesla Elon Musk selalu dibahas di mana saja. Dua pemimpin tersebut merupakan contoh pemimpin yang banyak dikagumi oleh masyarakat. Tidak hanya itu, mereka juga termasuk dalam miliarder terkaya di dunia. Namun, bagaimana dengan Satya Nadella yang telah disebut sebagai CEO paling diremehkan menurut Fortune?

Dilansir dari The CEO Magazine, Satya Nadella dinilai sebagai CEO paling diremehkan sejak 2017. Padahal, telah diketahui bahwa Nadella telah merombak Microsoft secara efektif sejak dia mengambil alih perusahaan. Pada 2021, Microsoft telah memiliki nilai pasar sebesar US$1,7 triliun atau Rp25,3 triliun.

Dilansir dari Forbes, sebagai pemimpin, dia percaya bahwa sifat yang harus dimiliki adalah kemampuan untuk melihat dan berkomunikasi dengan jelas di masa turbulensi. Kemampuan ini sering diremehkan oleh beberapa orang.

Menurutnya, kemampuan tersebut ada untuk menghadapi waktu yang tidak pasti dan masa depan yang tidak pasti, di situ lah memberi kejelasan adalah sebuah kunci.

Pemimpin bisa memberikan kejelasan saat masa-masa tidak pasti itu dengan segala cara. Salah satu cara untuk mencapai kejelasan adalah memastikan semua yang dikomunikasikan ringkas dan sederhana. Contoh utamanya adalah Microsoft telah mengumumkan melalui email mengenai penghapusan 10.000 pekerjaan.

Nadella mengumumkan hal tersebut dengan jelas dan singkat. Dia menulis hampir dengan kalimat aktif sehingga menjawab banyak pertanyaan. CEO Microsoft ini menuliskan dalam email diawali dengan kalimat tegas lalu dilanjutkan dengan beberapa penjelasan.

Nadella memiliki tiga prioritas dalam berkomunikasi, yakni singkat, jelas, dan langsung ke inti atau to the point. Komunikasi yang jelas mengikuti tiga aturan dalam literatur ilmu saraf tentang komunikasi. Pembaca atau pendengar lebih mudah menyerap dan mengingat tiga item dalam memori kerja. 

Daftar yang berisi terlalu banyak item atau aturan hanya menambah kebingungan pada situasi yang sudah berantakan. Pada kondisi ini, Nadella menuliskan tiga item sebagai prioritas perusahaannya. Dia menuliskan di awal pemberitahuan email sebagai berikut. 

“Pertama, kami akan menyelaraskan struktur biaya kami dengan pendapatan kami dan di mana kami melihat permintaan pelanggan. Hari ini, kami membuat perubahan yang akan mengakibatkan pengurangan tenaga kerja kami secara keseluruhan sebanyak 10.000 pekerjaan hingga akhir Q3 FY23. 

Kedua, kami akan terus berinvestasi di area strategis untuk masa depan kami, yang berarti kami mengalokasikan modal dan bakat kami ke area pertumbuhan sekuler dan daya saing jangka panjang bagi perusahaan, sambil melakukan divestasi di area lain. 

Dan ketiga, kami akan memperlakukan orang-orang kami dengan bermartabat dan hormat, dan bertindak secara transparan.”

ceo microsoft Satya Nadella
ceo microsoft Satya Nadella

Forbes mengukur kualitas tulisan Nadella dengan perangkat dan mendapatkan nilai tinggi dalam kejelasan. Nadella mengambil peran yang baik sebagai pemimpin karena menjadikan kejelasan sebagai prioritas utama. Hal yang dia lakukan ini bisa mendapatkan rasa hormat dari tim.

Sebelum menjadi CEO, Nadella menjadi wakil presiden eksekutif Cloud dan Microsoft. Dia memimpin transformasi ke bisnis infrastruktur dan layanan Cloud yang mengungguli pasar dan mengambil bagian dari kompetisi. 

Dilansir dari Wired, dia melakukan berbagai akuisisi banyak perusahaan sejak dia menjadi CEO, termasuk LinkedIn dan GitHub. Baru-baru ini, Nadella dengan cepat melakukan mitra dengan sebuah startup produk AI, OpenAI. AI memang dinilai menjanjikan untuk masa sekarang dan sudah banyak yang menggunakannya. Oleh karena itu, Microsoft tidak mau ketinggalan dan terjun ke dalam kompetisi ini.

Langkah pertama dalam kemitraannya adalah Microsoft merilis Copilot, sebuah AI factotum yang mengotomatiskan elemen pengkodean tertentu. Februari lalu, Nadella mengintegrasikan model bahasa besar canggih OpenAI ke dalam Bing, melalui chatbot bernama Sydney. Kini, Microsoft telah mengintegrasikan Copilot ke dalam banyak produknya. 

Nadella dalam mengatakan bahwa dia merasa bersemangat dan senang dengan perkembangan teknologi ini. Menurutnya, saat AI mengubah proses pemrograman, AI dapat menumbuhkan keuntungan 10 kali lipat. Walaupun demikian, Nadella juga memikirkan keamanan untuk hal-hal buruk yang mungkin terjadi dalam penggunaan AI. Saat pertama kali meluncurkan Sydney, Microsoft tidak meluncurkannya dengan GPT-4 karena masih harus meninjau untuk pengamanan.

CEO berusia 55 tahun ini mendapatkan kepercayaan lebih dari sekadar CEO yang terampil dan cerdas dari Microsoft. Kepemimpinannya yang bijaksana dan kerendahan hatinya kontras dengan pendahulunya. Penggunaan AI yang cepat dan menyeluruh menunjukkan keberaniannya dalam membangkitkan semangat awal Microsoft.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper