Bisnis.com, JAKARTA - Berawal dari jatuh-bangun melahirkan Lapis Bogor Sangkuriang, saat ini pasangan suami-istri Anggara Jati & Rizka Wahyu Romadhona sukses membangun berbagai merek oleh-oleh kenamaan di berbagai kota lewat PT Agrinesia Raya.
Sebagai informasi, saat ini Agrinesia Raya membawahi merek oleh-oleh yang tersebar di berbagai kota pariwisata, bahkan telah sangat mudah ditemui di kios-kios tempat pariwisata dan rest area.
Jenama oleh-oleh tersebut, antara lain Bolu Susu Lembang, Bakpia Kukus Tugu Jogja, Lapis Kukus Pahlawan Surabaya, Bolu Malang Singosari, Bolu Stim Menara Medan, dan Bolu Nusarasa.
Ketika dihubungi Bisnis, Rizka yang saat ini menjabat Founder dan Managing Director Agrinesia Raya mengungkap bahwa awal membangun Lapis Bogor Sangkuriang pada 2011 sebenarnya tak disengaja, melainkan karena terpepet keadaan, sebab bisnis baksonya bersama suami hampir tumbang.
Rizka sendiri tadinya merupakan karyawan kantoran biasa yang hanya membantu bisnis suami apabila memiliki waktu luang. Awalnya, bisnis bakso berjalan baik karena Rizka juga menawarkan bakso kemasan untuk rekan-rekannya.
“Kami buat bakso kemasan siap makan untuk segmen karyawan kantoran. Waktu itu lumayan sukses. Tapi karena kami masih belum matang, kami bikin kesalahan, yaitu tidak fokus di satu bisnis. Tergiur untuk memakai profit buat bikin bisnis lain, dan akhirnya malah bikin kami terlilit utang,” ungkapnya kepada Bisnis, dikutip Sabtu (12/8/2023).
Baca Juga
Kala itu, Rizka dan suami coba-coba membuka bisnis-bisnis yang sedang hits pada masanya, seperti minuman-minuman racikan dan makanan ringan.
Inilah yang akhirnya justru membuatnya terlilit utang, sampai-sampai beberapa motornya ditarik debt collector. Lebih parahnya lagi, saat itu Rizka baru saja memutuskan resign dari kantornya untuk fokus berbisnis demi membantu suami.
“Setelah bisnis bakso nyungsep, kami memang sempat coba banyak bisnis lain, tapi tidak ada yang berjalan baik. Akhirnya, kami kepikiran bikin bisnis oleh-oleh karena melihat potensi Bogor sebagai kota wisata. Banyak dikunjungi orang dari kota,” jelasnya.
Akhirnya, berbekal modal Rp500.000 dan mixer pinjaman milik Ibu mertua, Rizka pun mulai membuat percobaan kue lapis berbahan talas untuk dijual demi bertahan hidup.
“Saat itu, pilihan oleh-oleh di Bogor masih sedikit sekali. Apalagi yang memakai olahan talas sebagai salah satu ikon kawasan ini,” tambahnya.
Setelah melewati beberapa kali percobaan karena mengolah talas notabene bukan pekerjaan mudah, akhirnya mulai ada respon positif dari para tetangga dan muncul testimoni dari mulut ke mulut.
“Alhamdulillah, ternyata para tetangga yang suka juga ikut promosi produk saya. Kemudian, mulai ada pesanan dari teman-teman, sampai akhirnya kami memberanikan diri buka kios kecil,” ungkap Rizka.
Setelah itu, menurut Rizka, salah satu kunci sukses dalam membesarkan bisnis oleh-oleh adalah kolaborasi dengan pemerintah daerah dan berbagai pemangku kepentingan berkaitan pariwisata.
Kala itu, Rizka sampai berkunjung ke dinas-dinas pemerintah kota, berpromosi dengan mengunjungi media-media arus utama di kawasan Bogor, bekerja sama dengan hotel-hotel di kawasan puncak, mengikuti program-program pembinaan UMKM dari korporasi besar, dan lain sebagainya.
“Kami punya momentum dikenal orang sejak ikut promosi di acara-acara UMKM besutan pemerintah dan salah satu perbankan. Selain itu, kami juga ada kerja sama dengan Dinas Pariwisata untuk membuat kemasan edisi khusus yang isinya edukasi tentang tempat-tempat wisata di Bogor. Nama kami jadi semakin terkenal dan terpercaya setelah itu,” ungkapnya.
Lantas, demi tak jatuh ke lubang yang sama, Rizka dan suami memutuskan untuk lebih rajin mengikuti pelatihan-pelatihan kewirausahaan dan pengembangan bisnis UMKM.
“Karena kami harus banyak belajar soal manajemen bisnis, terutama untuk scale-up. Selain itu, apa saja kompetensi yang dibutuhkan untuk membangun perusahaan yang sustainable, tidak hanya bagus sesaat saja. Bagi kami, menggali pengalaman atau mentoring dari pelaku bisnis yang lebih senior itu penting sekali untuk membawa Agrinesia Raya bisa seperti sekarang,” jelas Rizka.
Terkini, Agrinesia Raya telah memiliki 1.300 karyawan, di mana sekitar 300 orang di antaranya bernaung di Lapis Bogor Sangkuriang. Pabrik untuk pusat produksi berada di kawasan Sentul, Citeureup, Kabupaten Bogor.
Pabrik besar lain di samping Bogor juga ada di wilayah Sidoarjo, Yogyakarta, dan Medan, seiring moncernya merek-merek yang telah membutuhkan kapasitas produksi besar, seperti Lapis Kukus Pahlawan Surabaya dan Bakpia Kukus Tugu Jogja.
Sudah ada 7 toko oleh-oleh yang dibangun langsung oleh Grup Agrinesia di Bogor, dengan 48 toko mitra khusus di Bogor dan sekitar 460 toko mitra di beberapa kota wisata lain di Indonesia.