Bisnis.com, JAKARTA - Kekayaan bersih Elon Musk anjlok besar-besaran, hingga US$160 miliar atau setara dengan Rp2.600 triliun dari puncaknya US$340 miliar pada November 2021.
Penurunan kekayaannya lantaran masalah yang kian menumpuk di Tesla telah memberikan pukulan berat terhadap kekayaan bersih Elon Musk.
Pada November 2021, CEO Tesla ini memegang posisi teratas di Bloomberg Billionaires Index, dan tampaknya tak tersentuh dengan perkiraan kekayaan sebesar US$340 miliar. Dia bahkan tiga kali lebih kaya daripada Warren Buffett pada saat itu.
Namun, kekayaan bersih Musk telah anjlok sekitar US$160 miliar sejak saat itu menjadi US$178 miliar pada penutupan Selasa (16/4/2024). Penggerak utamanya adalah saham Tesla, yang telah anjlok dari puncak split-adjusted sebesar US$415 pada 2021 menjadi US$157, atau turun sebesar 62%.
Kemerosotan harga saham telah memangkas kapitalisasi pasar Tesla dari US$1,2 triliun menjadi di bawah US$500 miliar.
Kekayaan bersih Musk terkena dampak besar dari penurunan ini karena 13% sahamnya di perusahaan otomotif tersebut menyumbang sebagian besar kekayaannya.
Baca Juga
Permulaan Musk pada tahun ini juga terbilang suram jika dibandingkan dengan rekan-rekannya di klub 12 digit. Dia menduduki puncak daftar orang kaya Bloomberg dengan kekayaan US$229 miliar pada Januari, namun kekayaan bersihnya anjlok sebesar US$51 miliar, atau 22%, sejak saat itu.
CEO Tesla dan SpaceX ini kini menempati peringkat ketiga dalam peringkat kekayaan, di belakang Bernard Arnault dari LVMH dan Jeff Bezos dari Amazon. Namun, dengan penurunan kekayaannya terus menerus, kekayaan Mark Zuckerberg dari Meta hampir melompati dia.
Musk menjadi satu-satunya dari 11 orang terkaya di dunia yang kekayaan bersihnya menurun tahun ini. Dia kehilangan lebih banyak uang di atas kertas daripada yang diperoleh siapa pun dalam daftar tersebut, termasuk Zuckerberg yang memperoleh hampir US$50 miliar.
Saham Tesla terus anjlok dalam beberapa bulan terakhir karena meningkatnya kekhawatiran terhadap perusahaan tersebut. Musk mengatakan kepada karyawannya pada akhir pekan bahwa lebih dari 10% tenaga kerja global perusahaan akan diberhentikan, yang menandakan permintaan akan kendaraan listrik sedang melemah.
Produsen mobil tersebut mengirimkan lebih sedikit mobil dari perkiraan kepada pelanggan pada kuartal lalu, dan telah melakukan pemotongan harga yang mengancam akan mengikis margin keuntungannya.
Kekayaan Musk tidak sepenuhnya terikat pada Tesla. Dia juga memiliki sekitar 42% saham di SpaceX, perusahaan eksplorasi luar angkasa yang bernilai US$180 miliar pada Desember, dan sekitar 79% saham di X setelah dia mengakuisisi Twitter pada 2022 dan mengganti namanya pada tahun lalu.