Bisnis.com, JAKARTA -- Terapi stem cell atau sel punca mulai menjadi tren pengobatan masa kini. Kemampuan penyembuhannya yang tinggi bahkan membuat stem cell disebut sebagai obat "ajaib".
Direktur Regenic Stem Cell, dr. Sandy Qlintang mengatakan bahwa teknologi stem cell sebenarnya bukanlah hal baru. Stem cell sudah mulai dikembangkan di dunia sejak 1950-an, saat ditemukannya stem cell untuk cangkok sumsum tulang belakang.
Kemudian, pada 1969 -- 1970-an mulai ditemukan stem cell dari sumsum tulang tikus, dan mulailah dikembangkan teknologi stem cell dari sumsum tulang.
Selama ini, terapi stem cell terkenal bisa didapatkan dari darah tali pusat bayi, tapi ada pula yang berasal dari jaringan dewasa, seperti dari lemak, dan sumsum tulang.
Seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan global, stem cell juga hadir di Indonesia setelah menempuh penelitian panjang. Salah satu yang menjadi pionir hadirnya stem cell di Indonesia adalah dr. Boenjamin Setiawan, pendiri Kalbe Farma.
Sandy menyebutkan, Founder Kalbe Farma Boenjamin sudah mulai penelitian untuk stem cell sejak 2006.
Baca Juga
"Pada 2006-2013 itu masih penelitian di lab, lalu 2013 mulai uji keamanan, uji klinis ke manusia. Kemudian setelah 3 tahun 4 tahun aman baru didistribusikan. Dari Kalbe, distribusi paling banyak terjadi saat pandemi Covid," jelasnya.
Lantas siapakah sosok Boenjamin Setiawan?
Dr. Boen, sapaan akrabnya, sempat dinobatkan sebagai dokter terkaya di Indonesia, dengan kekayaan pada 2022 menurut Forbes mencapai US$4,8 miliar atau sekitar Rp72 triliun (estimasi kurs Rp15.000 per dolar AS).
Boenjamin lahir di Tegal, Jawa Tengah pada 23 September 1933. Dia menyelesaikan pendidikan SD di Tegal sebelum kemudian melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Jakarta.
Setelah lulus sekolah, dia melanjutkan pendidikan tinggi berkuliah di Fakultas Kedokteran UI dan luls pada 1958. Fakultas Kedokteran UI pada 1958. Selepas tamat S1, Boen pergi ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikan spesialis hingga doktoral di University of California.
Sebelum membangun bisnis di dunia kesehatan, Boen yang baru mendapatkan gelar Phd di Amerika memutuskan mengabdi, pulang ke Indonesia dan menjadi dosen di FKUI.
Pada 1963 dia mulai membuka bisnis farmasi, melalui PT Farmindo, tapi perusahaan itu hanya bertahan beberapa tahun karena kurangnya pengalaman Boen di bidang pemasaran.
Pria dengan gelar doktor di ilmu farmasi itu kemudian kembali bangkit, mendirikan Kalbe Farma di garasinya pada 10 September 1966 bersama kelima saudaranya dan seorang teman.
Bisnis Boen sempat diuji saat krisis 1998, Kalbe Farma pun dilanda kesulitan finansial, bahkan nyaris gulung tikar. Namun, perusahaannya tetap bertahan berkat pinjaman dari luar negeri.
Menurut Forbes, Kalbe Farma kini bahkan menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Perusahaan ini mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 1991.
Sejak mundur dari jabatannya sebagai Presiden Komisaris KLBF pada 2008, Forbes melaporkan bahwa dr. Boen memilih untuk fokus pada Stem Cell and Cancer Institute.
Namun, dr. Boen meninggal dunia pada 4 April 2023, di usianya ke 90 tahun setelah sakit dan sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Medistra.