Bisnis.com, JAKARTA - Saham sederet emiten rokok terpantau sempat naik serempak pada awal pekan ini setelah pemerintah membatalkan untuk menaikkan cukai rokok tahun ini.
Pada Selasa (24/9/2024) harga saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM), PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) kompak menguat dengan kisaran 5% meski sekarang sudah kembali bergerak.
Kenaikan harga saham emiten rokok tersebut menyusul kabar dari Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan yang mengumumkan bahwa tidak akan ada kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) alias Cukai Rokok pada 2025.
Berdasarkan catatan Bisnis, dalam dua tahun terakhir, pemerintah sebenarnya telah menerapkan tarif multiyears untuk 2023—2024. Rata-rata kenaikan tarif cukai per tahunnya untuk seluruh golongan sekitar 10%.
Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sempat mendorong pemerintah untuk menaikkan tarif cukai rokok sebesar 5% per tahun mulai tahun depan.
Para Konglomerat di Balik Emiten Rokok
Industri rokok memang menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam devisa negara. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membukukan pendapatan negara dari bea dan cukai per Agustus 2024 mencapai senilai Rp183,2 triliun.
Baca Juga
Penerimaan dari cukai menjadi sumber utama yang senilai Rp138,4 triliun. Utamanya, cukai hasil tembakau (CHT) atau rokok, yang mencapai Rp132,8 triliun, tumbuh 4,7% (year on year/YoY).
Selain menyumbang pada negara, industri rokok juga jago menciptakan para orang-orang kaya alias crazy rich.
Berikut para taipan pemilik perusahaan rokok terbesar di Indonesia
1. HM Sampoerna (HMSP)
Perusahaan produsen rokok Sampoerna ini kini dimiliki oleh Putera Sampoerna, generasi ketiga dari pendiri Sampoerna, Liem Seeng Tee.
Usaha yang dimulai dari toko kecil itu merupakan salah satu perusahan pertama di Indonesia yang membuat dan memasarkan sigaret kretek tangan (SKT) dengan merek Dji Sam Soe.
Seiring dengan perkembangan usaha rokok tersebut, sang pendiri membentuk NVBM Handel Maatschapij Sampoerna pada 1930.
Namun, usaha tersebut dipindah tangan ke generasi keduanya, Aga Sampoerna atau Liem Swie Ling, ayah dari Putera Sampoerna.
Dengan kondisi keuangan yang mumpuni, Putera menghabiskan masa remajanya di luar negeri, mulai dari Hong Kong ke Australia, hingga melanjutkan pendidikan berkuliah di University of Houston, Texas, AS.
Selepas dari perguruan tinggi, dia tak langsung terjun ke usaha keluarga. Putera memulai kariernya bekerja di perkebunan kelapa sawit milik pengusaha Malaysia.
Baru pada 1980, Putera kembali ke Indonesia dan mulai bergabung dalam operasional PT HM Sampoerna Tbk. Di bawah naungannya, Sampoerna tersebar ke lima sektor bisnis mulai dari rokok, perkebunan, keuangan, properti, telekomunikasi, hingga industri pengolahan kayu.
Pada tahun 2020 Putera Sampoerna sempat menjadi orang terkaya ke-13 di Indonesia versi Forbes, dengan kekayaan sebesar US$1,7 miliar hingga saat ini.
2. Gudang Garam (GGRM)
Produsen rokok Gudang Garam juga dimiliki oleh salah satu orang terkaya di Indonesia, Susilo Wonowidjojo, anak dari pendirinya Surya Wonowidjojo.
Kekayaan Susilo sebagian besar berasal dari perusahaan rokok yang memproduksi sampai 91 miliar batang rokok pada 2021.
Susilo menjabat sebagai presiden direktur sejak 2009, menggantikan sang kakak sulung Rachman Halim. Kemudian adiknya, Juni Setiawati menjabat sebagai presiden komisaris.
Gudang Garam melebarkan sayapnya ke bidang infrastruktur termasuk konstruksi dan pengembangan jalan tol pada 2019, dan mulai mengoperasikan Bandara Internasional Dhoho di Jawa Timur pada April 2024.
Menurut perkiraan Forbes, saat ini kekayaan Susilo Wonowidjojo sekeluarga mencapai US$3,6 miliar.