Bisnis.com, JAKARTA--Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.
Begtulah sebuah peribahasa yang kiranya tepat untuk mendeskripsikan usaha juang seorang Angga Sia Putra. Pria kelahiran 2 Mei 1991 yang baru saja mendapatkan gelar Sarjana Teknik dari Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara ini mampu menciptakan karya gemilang yang dia sebut dengan 3G Coffee yang menghasilkan pundi-pundi keuangan hingga ratusan juta rupiah tiap bulannya.
Memiliki pengetahuan ekstra di dunia perkopian didapat Angga pada 1997 sejak dia duduk di bangku Sekolah Dasar. Dia belajar di perusahaan Green bean atau biji kopi hijau milik orang tuanya bernama CV. Prima Harapan yang berkedudukan di Medan, Sumatra Utara.
Perusahaan milik orang tuanya tersebut berkecimpung di pengolahan biji kopi hijau yang didapat dari petani di perkebunan Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Angga kecil sering bermain-main untuk sekedar mencium wangi dari biji kopi hijau yang terkenal memilki aroma body yang kental dan ciri khas wanginya sangat kuat.
Pada 2007, saat Angga duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, dia makin tertarik dengan biji kopi. Dirinya ikut sang paman membangun koperasi Permata Gayo yang berkedudukan di Aceh Tengah sebagai pusat pengumpul biji kopi hijau mentah. Angga berkontribusi sebagai pihak dibalik pemilihan dan pemisahan biji kopi hijau yang memiliki nilai jual tinggi.
Angga bertugas sebagai penilai biji cacat, biji pecah, biji berwarna kecoklatan dan kehitaman dan biji fragmentasi yang mengakibatkan rasa kopi terlalu asam.
Tak hanya itu dia juga berperan sebagai Quality Control Ekspor yang mengirim biji kopi hijau Sumatra ke benua-benua pencinta kopi hijau seperti Eropa, Amerika dan Australia dalam naungan pengekspor CV. Angga Prima.
Setelah mengemban tugas sebagai pemilih biji kopi dan membantu mengekspor ke luar negeri, Angga mulai belajar mencicipi cita rasa kopi pada 2011. Saat dudui di bangku kuliah ini, dia semakin tertarik dengan kopi.
Angga mengikuti program Q Grader yaitu program yang dirancang untuk menilai dan mendeskripsikan cita rasa kopi sehingga peserta akan mendapatkan sertifikat resmi dari Coffee Quality Institute(CQI).
Program di bawah lindungan Specialty Coffee Association of America (SCAA) ini meliputi pelatihan dan ujian tentang tes aroma, tes cita rasa, tes pemilihan biji dan penilaian biji cacat yang dilaksanakan selama 1 minggu untuk mendapatkan gelar Q Grader.
Setelah lolos dari program tersebut pada 2012 dan berbekal keahlian yang matang, Angga mulai merantau ke Jakarta untuk mengembangkan naluri bisnisnya di ibu kota. Dia menjadi supplier dan distributor kopi Sumatra di hotel, restoran dan café (horeka) di seantero Jakarta.
Ketika permintaan mulai banyak, pencinta kopi di horeka makin membeludak, Angga kewalahan untuk mendatangkan kopi mentah dari medan dan Aceh tengah. Ia kemudian berpikir untuk merintis usahanya sendiri dan membangun gudang kopi di wilayah Jabodetabek.
Usahanya kali ini sudah tidak meneruskan usaha orang tua. Dengan bermodalkan Rp200 juta, dia merintis usahanya sendiri bernama 3G Coffee pada Juni 2013 yang bertempat di jl. Nusa Indah no 132, Jatibening, Bekasi. Nama 3G diambil dari sinyal provider.
“Semua orang butuh sinyal 3G, begitu pula semua orang juga kini butuh kopi,” katanya kepada Bisnis.com, beberapa waktu lalu.
Nama 3G juga merupakan kepanjangan dari Good and Great Grade. Angga mengasosiasikan bahwa kopinya adalah kopi terbaik dari yang terbaik.
3G Coffee merupakan kopi bubuk kemasan per 1 kilogram yang ditujukan untuk mensuplai kebutuhan akan minuman berkafein ini untuk institusi, perusahaan, horeka dan bahkan individu.
Angga mengklaim bahwa kopi nya merupakan kopi asli dari biji kopi hijau Gayo yang tidak ada bahan campuran. “3G Coffee 100% kopi murni tanpa campuran bahan pengurang kualitas macam jagung, beras atau vanili,” tuturnya.
Produk 3G Coffee menjual jenis kopi Arabica Gayo, Arabica Lintong, Arabica Mandheling, Robusta Gayo, Robusta Lintong, Robusta Mandheling dan Luwak Arabica.
Untuk harga kemasan kopi Robusta dibanderol Rp80.000 per kilogram. Sedangkan harga kopi Arabica dipatok Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per kilogram dan kopi luwak Arabica dijual dengan harga Rp2 juta per kilogram.
Selain itu, Angga juga bermain dengan paduan rasa kopi dengan nama 3G Blend yaitu campuran kopi Robusta dan Arabica, 3G Special yang merupakan kopi Arabica Special dan 3G Arabica Premium yang merupakan campuran Arabica dan Luwak.
Dengan jenis kopi hitam dan harga kemasan yang yang sudah dibaderol sedemikian rupa, sasaran 3G Coffee adalah memang untuk horeka. Penikmat kopi di hotel, restoran dan café adalah kebanyakan pekerja kelas menengah.
Namun tak jarang pula banyak individu per orang mendatangi gerai kopinya untuk dikonsumsi sendiri di rumah. Menurut Angga, konsumen mengaku mencintai produk 3G Coffee. Kopi tersebut memilki karakter yang sangat kuat baik aromanya maupun cita rasa.
“Kebanyakan konsumen lebih memilih jenis kopi Robusta karena lidah orang Indonesia terbiasa disuguhkan dengan kopi hitam robusta, berbeda dengan kopi Arabica yang cenderung asam,” katanya.
Namun, Arabica menjadi komoditas laris untuk diekspor ke luar negeri. Orang Eropa lebih terbiasa dengan keasaman Arabica dibandingkan dengan pahit yang ditawarkan oleh Robusta.
Pada awal Juli tahun lalu, satu bulan setelah 3G Cofee dipatenkan, Angga mampu meraup omzet Rp30 juta per bulan. Kini setelah usahanya berjalan 6 bulan, omzet yang diraihnya mencapai Rp200 juta per bulan.
Perluasan 3G Coffee Pada 2014
Tak terasa sudah 6 bulan Angga merintis usaha kopi Gayo Sumatra di Jakarta. Bisnis kopi bubuk kemasan ini mulai melebar hingga ke Bogor, Bandung dan Yogyakarta. Tiap perwakilan daerah mensuplai 3G Coffee di hotel, restoran dan café yang terdapat di daerah tersebut.
Angga mengaku bisnisnya berjalan dan melebar berkat strategi marketing yang baik yang dia jalankan bersama karyawannya yang berjumlah 12 orang. Angga memiliki keyakinan jika kualitas kemurnian dan keaslian kopi dipegang, maka konsumen akan tetap bisa direngkuh. Dan semakin banyak. Angga tidak pernah mengurangi kualitas kopi.
Target Angga pada pertengahan tahun ini adalah membuka kedai kopi atau tempat nongrong untuk mencicipi cita rasa 3G Coffee. Ia akan mematok Rp10.000 untuk satu cangkir kopi hitam. Dia juga akan menambah variasi kopi tanpa mengurangi kualitas kopi seperti kopi susu, cappuccino dan coffe blend lainnya.
“Variasi tersebut tentu akan menambah kepuasan konsumen dan tentu akan dinaikkan harganya per cangkir karena saya akan menambah cita rasa susu, krim, karamel di dalamnya,” katanya.
Namun Angga menambahkan jika dirinya tidak akan menjual dengan harga yang sangat tinggi melebihi rata-rata karena baginya Indonesia lah tanah penghasil kopi dan untuk orang Indonesia lah kopi dikonsumsi, lantas mengapa harus djual mahal.
Angga juga akan memasok 3G Coffee dan swalayan-swalayan di Indonesia agar dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat.
Dia menilai bisnis kopi akan tetap terus berjalan di tahun-tahun berikutnya karena kopi kini merupakan minuman sehari-hari . orang kini makin butuh mengonsumsi kopi entah karena gemar atau mengikuti tren gaya hidup