Bisnis.com, JAKARTA - Untuk memasarkan produk Oelinai Batik, Christine dan David membuka showroom di rumah mereka yang berlokasi di bilangan Kemanggisan, Jakarta Barat. Selain itu, mereka juga sering mengikuti bazaar produk kreatif di Medan dan Jakarta.
Dari pameran tersebut, produk Oelinai Batik pun dikenal masyarakat luas. “Banyak orang kagum karena ternyata corak ulos bisa terlihat sangat cantik dengan konsep batik. Konsumen kami bukan hanya orang Sumatra Utara, tetapi masyarakat umum ternyata suka dengan motif ulos,” kata Christine.
Seiring berjalannya waktu, Christine dan David melihat potensi besar dari bisnis ini. Sayangnya, mereka tak bisa langsung memperluas bisnis lantaran terganjal modal. Karena keinginan besar untuk maju, Christine berniat untuk mencari sumber permodalan untuk bisnisnya. Sekitar 10 bulan lalu, dia mendatangi kantor Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk mencari bantuan.
Setelah berbincang tentang bisnisnya, Christine pun mendapat suntikan modal dari BRI. “Awalnya, kami mendapat pinjaman Rp20 juta. Modal tersebut kami manfaatkan untuk meningkatkan kapasitas produksi, katanya. Tak disangka, bisnis Oelinai Batik makin maju. Karena progresnya cukup signifikan, Christine mendapat pinjaman kedua sebesar Rp50 juta.
Suntikan dana tersebut membawa angin segar ke bisnis Oelinai Batik. Salah satu progress yang terjadi adalah meningkatnya kapasitas produksi. Christine menuturkan sebelum bergabung menjadi mitra BRI, dia dan perajinnya hanya mampu memproduksi 2 motif batik khas Batak. Setelah mendapat suntikan dana, Christine sukses memindahkan puluhan corak ulos menjadi kain dan baju batik.
Bukan itu saja, kerja sama antara dia dan BRI juga berhasil melambungkan omzet Oelinai Batik. “Dulu omzet yang saya dapat berkisar Rp5 juta. Kini, kami bisa membukukkan pemasukan sekitar Rp15 juta—Rp20 juta per bulan.”
Christine mengakui manfaat yang didapat setelah menjadi mitra BRI bukan sekadar suntikan dana. Lebih dari itu, BRI membantu dia dalam mempromosikan produk Batik khas Batak ke pasar. Salah satunya adalah mengikutsertakan tim Oelinai Batik ke berbagai pameran produk fesyen di beberapa mall di Jakarta.
“Selain modal, kendala terbesar yang sering dialami oleh pelaku usaha kecil dan menengah adalah pemasaran. Dengan mengikuti berbagai pameran, kami bisa menjelaskan dan mempromosikan produk buatan kami ke banyak konsumen. Dari situ, kami memiliki kesempatan untuk membangun jejaring dan relasi seluas-luasnya,” kata Christine.
Christine mengaku meluncurkan produk Oelinai Batik di acara Pekan Raya Sumatra Utara di Medan. Ternyata, banyak konsumen yang tertarik dengan hasil kreasi batik khas Batak. Menurut dia, respons positif tersebut menjadi penyemangat mereka agar lebih kreatif dan inovatif.
Soal peluang, Christine dan David mengakui prospek bisnis batik bercorak ulos ini memiliki masa depan cerah. Selain respons konsumen yang positif, kompetitor yang ada di pasaran juga belum banyak.
“Perajin yang memproduksi batik corak asli Jawa jumlahnya sangat banyak. Persaingan di bisnis pun jadi ketat. Adapun pelaku usaha yang memproduksi batik khas Batak ini belum banyak. Kendati demikian, kami tak akan berhenti berinovasi dan menghasilkan lebih banyak corak batik dari ulos,” ujar David.
Lantaran pasar yang cukup prospektif, David dan Christine memiliki target untuk menghasilkan lebih banyak varian corak batik khas Batak dan lini produk. Setelah sukses memproduksi busana pria dan wanita, dia memiliki keinginan memproduksi aksesori.
“Ke depannya, kami berencana membuat sepatu dan tas dari kain batik khas Batak. Semoga rencana ini bisa tercapai dan membuat nama Oelinai Batik makin eksis di mata konsumen,” kata Christine.