Bisnis.com, JAKARTA - Masuknya Subway ke Indonesia menjadi salah satu peluang bisnis baru bagi pengusaha yang ingin menjajal bisnis waralaba asal Amerika ini.
Bisnis waralaba memang masih menjadi favorit di tanah air. Karena, dengan waralaba, produk yang dijual umumnya sudah dikenal masyarakat, sehingga lebih mudah menggaet pelanggan.
Demikian juga menurut Managing Partner Inventure Yuswohady, yaitu salah satu investasi di 2021 yang cukup menjanjilan, waralaba layak untuk dijadikan pilihan.
Menurutnya, waralaba dinilai memiliki risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan membangun usaha atau merk dari nol.
Namun, ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan kalian sebelum memutuskan untuk membeli lisensi waralaba tertentu tahun ini. Salah satunya adalah adanya kecenderungan masyarakat mengurangi belanja kebutuhan sekunder dan tersier mereka.
“Pilihlah waralaba yang menawarkan produk-produk kebutuhan dasar atau basic needs. Karena kecenderungannya orang-orang tahun ini masih fokus pada saving. Waralaba yang terkait dengan gaya hidup bukan pilihan tepat untuk tahun ini,” katanya.
Lebih lanjut, Yuswohady menjelaskan waralaba toko kelontong, pasar swalayan, apotek, dan binatu merupakan waralaba yang layak dijadikan pilihan lantaran semuanya terkait dengan kebutuhan dasar. Tentunya, diperlukan pengkajian lebih lanjut untuk menentukan nilai investasi, lokasi, dan faktor-faktor terkait untuk mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh atau meminimalisasi risiko.
Kedai makanan atau restoran juga layak untuk dipilih dengan beberapa catatan, termasuk diantaranya adalah pemanfaatan teknologi, khususnya platform daring untuk mendongkrak penjualan.
“Makanan dan minuman prospektif, tetapi bukan yang sifatnya lifestyle, lebih ke kebutuhan sehari-hari. Contoh membuka warung nasi akan jauh lebih prospektif dibandingkan kafe-kafe fancy. Cloud kitchen yang sepenuhnya mengandalkan [platform daring] dan minim interaksi, low touch juga bisa dipilih,” tuturnya.
Adapun, untuk waralaba kebutuhan dasar lainnya yang sifatnya tatap muka seperti lembaga kursus, institusi pendidikan, dan klinik kesehatan menurut Yuswohady masih akan prospektif setelah pandemi usai. Namun, lagi-lagi pemanfaatan teknologi menjadi sebuah keharusan untuk mampu bersaing dengan platform daring yang menawarkan hal serupa.
“Pandemi membuat masyarakat mulai terbiasa dengan pendidikan daring, layanan kesehatan atau telemedik yang sifatnya juga daring ini perlu diperhatikan oleh pelaku usaha terkait,” ungkapnya.