Bisnis.com, JAKARTA - Bernard Arnault dikenal luas sebagai taipan bisnis yang keras kepala. Bagi CEO raksasa fesyen mewah asal Prancis, LVMH Moet Hennesy Louis Vuitton SE, itu dunia bisnis ibarat ring tinju yang mengantarkannya terlibat pertarungan yang sering kali berlarut-larut.
Menurut Bloomberg Billionares Index per 5 Januari 2022, orang terkaya ketiga di dunia itu kini memiliki total harta senilai US$180 miliar setelah mendapat tambahan kekayaan US$1,61 miliar sepanjang tahun berjalan (year to date/YTD).
Seperti diketahui, LVMH tengah menghadapi gugatan hukum setelah mengumumkan pembatalan akuisisi Tiffany Co, perusahaan perhiasan mewah asal Amerika Serikat, senilai US$16 miliar. Dewan Direksi LVMH menyatakan sejumlah faktor telah melemahkan rencana akuisisi tersebut, terutama ancaman tarif dari Pemerintah AS atas barang-barang Prancis.
Menambah bumbu pada drama pertarungan itu, tak hanya meninggalkan kesepakatan belasan miliar dolar, Arnault juga disebut-disebut mendapatkan bantuan dari Pemerintah Prancis. Hal itu menggarisbawahi jangkauannya ke kekuatan politik tertinggi, sekaligus menjadi kejutan bagi lawan dalam upaya mendapatkan apa yang diinginkannya.
Langkahnya yang paling berani mungkin terjadi sekitar satu dekade lalu ketika Arnault berupaya membeli saham perusahaan Prancis saingannya, Hermes International. Hal itu dipandang sebagai serangan terhadap budaya perusahaan yang menjunjung tinggi independensi keluarga pendiri.
Dua tahun kemudian, persoalan menjadi rumit ketika LVMH meningkatkan kepemilikannya menjadi lebih dari 20 persen. Hermes menggugat konglomerat itu, menuduhnya melakukan manipulasi saham. Arnault menanggapi dengan tuntutan balik, menyerang saingannya dengan tuduhan persaingan tidak sehat dan fitnah. Masalah ini baru diselesaikan beberapa tahun kemudian dan LVMH akhirnya melepas seluruh sahamnya.
Baca Juga
Kekalahan Arnault atas Francois Pinault setelah bertahun-tahun perebutan merek mewah Gucci, dua dekade lalu, juga menjadi contoh lain betapa miliarder ini tak keberatan untuk terlibat pertarungan bisnis yang berlarut-larut.
Lahir di kota kecil Roubaix di Prancis, 5 Maret 71 tahun lalu, Arnault mengasah keterampilannya pada 1980-an dengan mengambil alih merek mewah dari perusahaan yang diambang kebangkrutan, seperti Dior dan pembuat koper Louis Vuitton.
Pendekatan itu meletakkan dasar bagi kejayaan rantai bisnisnya. Arnault kemudian menggandeng merek Champagne dan Cognac. LVMH didirikan pada 1987 melalui merger antara Luis Vuitton dengan Moët Hennessy. Perusahaan itu membawahi 60 anak perusahaan yang masing-masing mengampu sejumlah brand ternama.
Total ada 75 brand yang dijalankan anak perusahaan di bawah enam cabang utama, a.l. grup fesyen, anggur dan minuman keras, parfum dan kosmetik, jam tangan dan perhiasan, serta distribusi selektif.