Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mendunia dari Yogyakarta Lewat Industri Penyamakan Kulit

Salah satu perusahaan pionir dalam industri penyamakan kulit di Yogyakarta telah berdiri sejak 1966 dan produknya sudah diekspor hingga Asia Tenggara
Salah satu tahap proses pengolahan kulit di PT Budi Makmur Jaya Murni yang produknya nanti akan diekspor ke negara-negara di Asia Tenggara./Bisnis-Jessica Gabriela Soehandoko
Salah satu tahap proses pengolahan kulit di PT Budi Makmur Jaya Murni yang produknya nanti akan diekspor ke negara-negara di Asia Tenggara./Bisnis-Jessica Gabriela Soehandoko

Bisnis.com, YOGYAKARTA - Di sebuah pabrik penyamakan kulit di Yogyakarta, Jumadi (58) tengah memperhatikan satu per satu kulit kambing dan domba yang telah diproses. Kulit-kulit ini nantinya akan menjadi produk jadi dan diekspor ke luar negeri, terutama ke pasar Asia Tenggara.

Sebagai Quality Check kedua, Jumadi memastikan kualitas kulit yang telah melewati beberapa tahap sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya.

Selama 35 tahun, ia telah bekerja di PT Budi Makmur Jaya Murni, sebuah perusahaan pionir dalam industri penyamakan kulit di Yogyakarta yang berdiri sejak 1966. Saat itu, Yogyakarta menjadi salah satu sentra kulit selain Garut dan Magelang.

Jumadi adalah salah satu dari 200 pekerja di PT Budi Makmur Jaya Murni yang beroperasi di lahan pabrik seluas kurang lebih 2 hektar.

Presiden Direktur Budi Makmur Jaya Murni Sutanto Haryono menjelaskan bahwa mereka mengolah kulit mentah menjadi kulit jadi yang siap digunakan untuk membuat sepatu, jaket, dan tas.

"Kami memperkhususkan diri pada kulit jadi yang siap dipotong, dijahit, dijadikan barang kulit. Saat ini kami memfokuskan pada jenis sarung tangan untuk kebutuhan olahraga. Misalnya golf, untuk olahraga baseball, ski, bermotor,” ujar Sutanto ketika ditemui di pabriknya pada Jumat (17/5/2024).

Sutanto memanfaatkan keunggulan Yogyakarta sebagai pusat pendidikan dan penelitian di bidang kulit, yang memudahkan perusahaan mendapatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas.

“Jadi untuk industri perkulitan ini satu-satunya akademi sekolah yang ada untuk jurusan perkulitan ini adanya di Jogja. Kedua, institusi penelitian dari pemerintah itu yang terkait kulit ya adanya juga di Jogja. Jadi SDM-nya sangat mendukung untuk industri kulit ini di Jogja,” jelasnya.

Jumadi yang telah bekerja selama 35 tahun di PT Budi Makmur Jaya Murni sebagai quality checker ke-2./Bisnis-Jessica Gabriela Soehandoko
Jumadi yang telah bekerja selama 35 tahun di PT Budi Makmur Jaya Murni sebagai quality checker ke-2./Bisnis-Jessica Gabriela Soehandoko

Perusahaan ini mampu memproduksi hingga 200.000 square feet kulit per bulan, atau sekitar 40.000-50.000 lembar. Produk dari Budi Makmur, sebagai supplier, kemudian dikirim ke pabrik lain untuk diolah menjadi barang jadi. Sebagian besar brand olahraga yang mereka pasok berlokasi di Asia.

Produk kulit mereka diekspor ke berbagai negara seperti Vietnam, Korea Selatan, Amerika Serikat, Hong Kong, Swedia, Taiwan, dan Italia.

“Kalau dulu barangkali dominasi China itu sangat besar ya, tapi sekarang sudah berbeda sekali ya. Yang dominan itu sekarang terutama Vietnam dan Kamboja, itu paling besar. Tetapi sudah merambah ke negara yang SDM-nya relatif lebih murah seperti Bangladesh, Pakistan,” ungkap Sutanto.

Mengenai bahan baku, perusahaan sebisa mungkin menggunakan bahan dari dalam negeri, kecuali jika terjadi kekurangan seperti saat pandemi. Saat itu, daya beli masyarakat menurun sehingga pasokan bahan baku juga berkurang. Oleh karena itu, mereka terpaksa mengimpor dari luar negeri seperti Timur Tengah.

Bahan baku dalam negeri tidak hanya berasal dari Pulau Jawa, tetapi juga dari Sumatera hingga Nusa Tenggara Timur.

Proses penghitungan kulit di PT Budi Makmur Jaya Murni
Proses penghitungan kulit di PT Budi Makmur Jaya Murni

 

Naik Turun Bisnis

Seperti industri lainnya, bisnis mereka juga mengalami naik turun. Tantangan terbesar adalah pasokan bahan baku, terutama saat pandemi

Sutanto menuturkan, penting untuk memiliki sumber alternatif dari luar negeri sebagai cadangan. Selain itu, mereka juga harus mengikuti tren fashion yang selalu berubah, termasuk warna dan jenis finishing kulit.

“Jadi kalau kita tidak mengikuti, ya otomatis akan ditinggal oleh customer,” tuturnya.

Sutanto menjelaskan, bahan kimia yang digunakan kini juga sangat diperhatikan oleh pelanggan. Setiap perusahaan mengembangkan jenis kulit baru, analisis kimia wajib dilakukan.

Perusahaan juga menerapkan sistem pengolahan air limbah sesuai ketentuan dari lembaga sertifikasi dan Kementerian Perindustrian RI, serta sertifikasi ISO 14001.

Untuk menghindari kerugian akibat gagal bayar, perusahaan mengandalkan Trade Credit Insurance dari LPEI, yang memberi rasa aman dalam bertransaksi. Menurutnya, dukungan LPEI memungkinkan barang diasuransikan agar lebih terjamin

Dengan adanya dukungan dari LPEI, mereka juga bisa menjual ke pasar non-tradisional seperti Afrika yang dianggap berisiko.

Kepala Kantor Wilayah II Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Irwan Prasetyawan berharap dukungan yang diberikan LPEI untuk industri ini dapat memberikan dampak positif bagi Yogyakarta.

“Harapannya dengan kita (LPEI) melakukan support pada industri potensial di Yogyakarta ini, maka ekspor dari wilayah di Yogyakarta sendiri akan meningkat dan kita bisa memberikan development impact juga kepada masyarakat di Yogyakarta,” tutur Irwan kepada Bisnis pada Jumat (17/5).

Dukungan ini juga diberikat dengan melihat potensi besar industri kulit di Yogyakarta. Menurutnya, banyak manufaktur dari brand terkenal, terutama sarung tangan kulit, berbasis di wilayah ini. Irwan mengawasi wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Kalimantan.

Presiden Direktur PT Budi Makmur Jaya Murni, Sutanto Haryono, ketika ditemui di pabriknya di Yogyakarta, Jumat (17/5/2024) / Bisnis - Jessica Gabriela Soehandoko
Presiden Direktur PT Budi Makmur Jaya Murni, Sutanto Haryono, ketika ditemui di pabriknya di Yogyakarta, Jumat (17/5/2024) / Bisnis - Jessica Gabriela Soehandoko

Tips bagi Pebisnis

Setelah lebih dari 50 tahun berdiri, Sutanto berbagi tips bagi pebisnis yang ingin terjun ke industri penyamakan kulit.

Pertama, menjaga kelangsungan bahan baku. Kedua, memastikan SDM yang terampil, yang memerlukan waktu untuk berkembang. Ketiga, fokus pada pemasaran, terutama segmen ekspor, karena banyak industri kulit di Indonesia kurang memperhatikan pasar luar negeri.

“Jadi dengan lebih aktif mencari konsumen di luar negeri, saya rasa kesinambungan perusahaan itu akan lebih terjaga,” jelas Sutanto.

Kemudian, walaupun sektor kulit tidak besar di Indonesia, ia menilai bahwa sektor ini merupakan salah satu sektor unggulan yang tidak bisa dilakukan oleh semua negara. Hal ini karena Indonesia memiliki bahan baku yang bagus dan mencukupi. 

Sutanto berharap pemerintah dapat menaruh perhatian pada industri ini agar berkelanjutan, paling tidak dalam beberapa dekade. Menurutnya, hal ini perlu dilakukan karena kebutuhan kulit masih akan terus diperhatikan, terutama bidang fashion yang akan selalu ada.

Proses peregangan kulit di PT Budi Makmur Jaya Murni./Bisnis-Jessica Gabriela Soehandoko
Proses peregangan kulit di PT Budi Makmur Jaya Murni./Bisnis-Jessica Gabriela Soehandoko

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler