Bisnis.com, JAKARTA -- Dunia akan segera memiliki lima triliuner pertama, karena tingkat pertumbuhan kekayaan orang-orang terkaya di dunia meningkat lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, menurut perkiraan terbaru.
Menurut laporan Oxfam, dalam dekade berikutnya, di dunia akan ada setidaknya lima triliuner. Jumlah tersebut melampaui prediksi tahun lalu, bahwa triliuner pertama baru akan muncul dalam jangka waktu sedekade tersebut.
"Konsentrasi kekayaan yang terus meningkat ini terjadi karena konsentrasi kekuasaan yang dimonopoli, dengan para miliarder semakin memberikan pengaruh terhadap industri dan opini publik," tulis laporan tersebut, dikutip Rabu (22/1/2025).
Saat ini, orang terkaya di dunia masih berstatus miliarder, dalam dolar AS. Menurut Bloomberg Billionaires Index, ada Elon Musk, CEO produsen mobil listrik Tesla, yang menjadi orang terkaya nomor 1 di dunia, dengan kekayaan bersih sebesar US$449 miliar.
Data tersebut kemudian diikuti oleh pendiri Amazon Jeff Bezos, CEO Meta Mark Zuckerberg, pendiri Oracle Larry Ellison, dan direktur LVHM Bernard Arnault.
Laporan Oxfam juga menunjukkan bahwa kekayaan miliarder tumbuh sebesar US$2 triliun pada 2024 saja, setara dengan sekitar US$5,7 miliar per hari, dengan laju tiga kali lebih cepat dari tahun sebelumnya.
Baca Juga
Sementara itu, menurut data Bank Dunia jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan hampir tidak berubah sejak 1990.
“Pengambilalihan ekonomi global oleh segelintir orang yang memiliki hak istimewa telah mencapai titik yang belum pernah ada dan tidak terbayangkan sebelumnya,” kata Direktur Eksekutif Oxfam International Amitabh Behar.
Kegagalan menahan laju kekayaan para miliarder kini justru bakal melahirkan calon-calon triliuner. Dia menambahkan, bukan hanya laju akumulasi kekayaan para miliarder yang meningkat, tetapi juga kekuasaan mereka.
Oxfam mengimbau pemerintah negara-negara untuk mengambil langkah-langkah agar bisa mengurangi ketimpangan dengan memastikan bahwa pendapatan 10% teratas tidak lebih tinggi dari 40% terbawah.
Menurut laporan tersebut, kebijakan pajak global harus berada di bawah konvensi pajak PBB yang baru, yang memastikan orang-orang dan perusahaan terkaya membayar pajak sesuai porsi mereka, dan menambahkan bahwa pengampunan pajak harus dihapuskan.