Bisnis.com, JAKARTA - Pembatasan sosial menyebabkan sejumlah sektor pekerjaan berhenti dan membuat geliat perekonomian melemah. Imbasnya, sektor usaha kian lesu menyebabkan kondisi keuangan keluarga pun terancam goyah.
Menurut Perencana Keuangan dari OneShildt Financial Planning, Budi Raharjo, semua sektor usaha mengalami dampak negatif akibat pandemi Covid-19. Aroma pesimisme, pemotongan gaji, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi hampir pada semua sektor usaha. Beberapa sektor yang masih bisa mencatatkan pertumbuhan juga hanya segelintir misalnya; sektor kesehatan, consumer goods, dan sektor telekomunikasi.
“Maka itu kita harus memahami dulu bagaimana keuangan kita dalam beberapa bulan ke depan, kurun waktu 6-12 bulan seberapa kuat bisa bertahan,” jelas Budi saat dihubungi Bisnis, beberapa waktu yang lalu.
Dia mengatakan, setiap orang dalam keluarga yang sudah berpenghasilan kini perlu menghitung dan mengelola uang menjadi lebih bijak. Dampak dari Covid-19 menuntut seseorang untuk mulai menyusun prioritas.
Dari susun prioritas tersebut, seseorang harus mengutamakan pengeluaran untuk hal pokok ketimbang hal penting dan hal yang diinginkan. Selain itu keluarga harus memerinci kemampuan pembayaran cicilan maupun nilai aset yang saat ini dimiliki.
“Dari situ terlihat kalau keuangan masih terdorong positif, masuk bisa konsumsi masih aman. Yang terdampak ini yang bahaya, jika pendapatan terkuras maka ketahanan keuangan keluarga juga dalam situasi kritis,” sambungnya.
Baca Juga
Saat ini beberapa kebutuhan pokok juga harus mengalami penyesuaian dari keadaan normal sebelumnya. Sebagai contoh pandemi Covid-19 membuat adanya kebutuhan pokok baru yakni jaringan internet untuk work from home dan juga vitamin.
Di sisi lain, anggaran yang biasa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari misalnya transportasi dan makan siang justru berkurang sehingga bisa dialokasikan untuk kebutuhan baru.
“Menyusun prioritas ini penting, jadi selain menyusun perubahan alokasi atau substitusi anggaran tetapi juga bisa restrukturisasi beban,” ungkap Budi.
Di tengah kondisi ketidakpastian, Budi memberikan tips agar kondisi keuangan tetap terjaga selain dengan menyusun prioritas yaitu mengubah gaya hidup menjadi lebih hemat. Tak hanya itu opsi yang bisa dilakukan misalnya; memanfaatkan promosi produk.
“Ini penting karena keluarga harus menjaga keuangan tak berlebihan, karena bisa saja ada pembengkakan pada bulan-bulan tertentu atau pengeluaran tak terduga, caranya harus berhemat dan memanfaatkan dana darurat,” terangnya.
Budi menyebut, dana darurat sangat penting pada kondisi krisis dan kebutuhan tak terduga misalnya dengan asuransi, tabungan, dan deposito. Namun di tengah ketidakpastian, Budi mengingatkan agar jangan tergantung hanya kepada dana darurat.
Artinya, setiap orang perlu meneropong kondisi kesehatan perusahaan tempat dia bekerja. Jika ada proyeksi gonjang-ganjing, maka perlu langkah strategis untuk menambah pemasukan, misalnya dengan berwirausaha online.
“Siapkan sumber penghasilan baru. Misal yang punya keahlian usaha dagang, memasak, apapun itu yang nanti bisa ditukar untuk jasa dan menghasilkan uang. Intinya, harus menggunakan keahlian dan kemampuan kita yang terbaik,” jelas Budi.