Bisnis.com, JAKARTA - Strungmann bersaudara, Thomas Struengmann dan Alexander Struengmann, tidak hanya terikat dalam ikatan keluarga, juga mitra bisnis. Simak profil "Sang Taipan" Strungmann bersaudara, kembar identik yang kini menjadi pengendali BioNTech, perusahaan vaksin ternama dunia.
Thomas meraih gelar doktor di bidang ekonomi, sedangkan Andreas di bidang kedokteran. Keduanya secara berturut-turut menduduki posisi ke 93 dan 94 orang terkaya menurut Bloomberg Billionaire Index dengan total kekayaan US$19,9 miliar, dan merupakan investor paling penting di dunia bioteknologi.
Thomas bergabung ke bisnis yang dibangun oleh ayahnya, Ernst Strungmann seorang dokter mata, ke perusahaan farmasi Durachemie pada 1979 sebagai CEO. Bersama saudara kembar identiknya, Durachemie berhasil menelurkan perusahaan baru pada 1985.
Mereka menjual Durachemie kepada Cyanamid Lederle pada tahun berikutnya. Hasil penjualan perusahaan ayahnya inilah yang menjadi modal bagi serangkaian investasi.
Dua bersaudara yang lahir di Tegernsee pada 1950 ini membangun Hexal mulai dari 200 karyawan di sebuah gedung apartemen di dekat Munich. Hexal sukses mengantongi pendapatan hingga 28 juta euro atau sekitar US$32,38 juta hanya dalam 2 tahun. Tak pelak, Hexal sukses menjadi produsen obat generik terbesar keempat di dunia.
Pada 2005 Hexal bahkan memperluas bisnisnya hingga ke 30 negara dengan catatan penjualan sampai 1,7 miliar euro. Salah satu produk yang paling sukses adalah obat penurun kolesterol, Simvastatin yang saat ini diambil alih oleh Merck dengan nama Zocor.
Baca Juga
Mereka juga menguasai 68 persen saham unit afiliasinya, EON Labs di New York. Pada tahun yang sama, kedua perusahaan dijual kepada Novartis AG seharga 5,7 miliar euro atau US$7,5 miliar.
Thomas mengatakan bahwa awalnya mereka tidak akan menggelontorkan investasi lebih dari US$1 miliar di sektor bioteknologi karena berisiko dan membutuhkan kesabaran. Namun akhirnya, kepercayaan mereka terhadap ilmu pengetahuan menembus batas tersebut.
Keduanya merupakan saudara yang begitu kompak dalam peran sebagai mitra bisnis. Thomas dikenal lebih ekstrovert sehingga menjadikannya wajah dari perusahaan. Sementara itu, Andreas lebih banyak di belakang layar dengan menyusun gagasan.
Pada 2008, Strungmann bersaudara mulai masuk ke BioNTech dengan menebar 150 juta euro sebagai tahap awal. Keputusan masuk ke produsen vaksin ini berawal dari pertemuan dengan pasangan kelahiran Turki, Ozlem Tureci dan Ugur Sahin pada 2007. Di depan Thomas, kedua pendiri BioNTech ini mempresentasikan perusahaan pengobataan kanker, Ganymed Pharmaceuticals AG.
Saat ini, kedua bersaudara menguasai 46 persen kepemilikan perusahaan yang memproduksi vaksin Covid-19 berbasis mRNA bersama Pfizer. Vaksin ini digunakan oleh ratusan juta umat manusia di dunia.
Initial public offering (IPO) pada 2019 menjadi masa tersibuk. BioNTech lantas mencetak pendapatan hingga US$2,5 miliar pada kuartal I/2021 dengan margin bersih sebesar 55 persen.
Pada 2008, Strungmann bersaudara mendirikan Ernst Strungmann Institute dan menghibahkan 200 juta euro atau US$220 juta untuk fokus pada penelitian ilmu saraf.
Bersama dengan EQT Partners AB, Strungmann membeli divisi alat bantu dengan milik Siemens AG seharga US$2,7 miliar pada 2010. Mereka juga memegang sekitar 70 persen saham pembuat obat kanker 4SC AG serta beberapa perusahaan bioteknologi lainnya seperti Immatics NV sebanyak 7,8 persen, saham 3,6 persen dari Certara, hingga 3 persen Gateway Real Estate. Sebagian hasil penjualan digunakan untuk berinvestasi di perusahaan rintisan melalui Santo Holding (Strüngmann Andreas Thomas).