Bisnis.com, JAKARTA – Digital marketing menjadi satu kewajiban bagi pelaku usaha terutama para milenial untuk mengembangkan bisnisnya serta meningkatkan penjualan. Setidaknya mereka harus menguasai tujuh war atau masalah beserta solusinya untuk memulai.
Salah satu social media marketing agency yaitu Naik Kreatif Internasional percaya bahwa para milenial Indonesia memiliki kompetensi untuk dapat bersaing di dalam negeri maupun secara global.
CEO Naik Kreatif Internasional Yunus Halim mengatakan banyak potensi dan kemampuan yang dapat dikembangkan oleh anak muda, hal pertama adalah mencuri perhatian calon pembeli.
“Per Januari 2022, Indonesia itu negara keempat yang paling banyak memakai Instagram. Banyak sekali opportunity untuk kita semua. Langkah pertama adalah curi perhatian mereka, setelah itu mereka akan tertarik dan mereka akan datang,” ujar Yunus dalam acara Pekan Milenial Naik Kelas yang diselenggarakan Bisnis Indonesia, Kamis (7/4/2022).
Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Yunus, sebanyak 68,9 persen atau sekitar 191 juta penduduk Indonesia merupakan pengguna aktif internet dan media sosial. Mereka menghabiskan rata-rata 3 jam 17 menit untuk menikmati media sosial.
Bila melihat dari usia, pengguna internet didominasi oleh para Generasi Y atau yang dikenal dengan milenial di rentang usia 18 hingga 34 tahun.
Baca Juga
Lebih lanjut, Yunus memaparkan bahwa sebelum memulai bisnis dan marketing menggunakan digital, pelaku harus menentukan target pasar.
“Ada yang minta, saya mau semua orang mengunjungi Facebook atau website saya, itu tidak bisa. Harus ada target,” lanjutnya.
7 War Ala Yunus
Setelah menentukan target, Yunus menyarankan pelaku usaha untuk memahami dan menyelesaikan tujuh masalah atau yang disebutnya sebagai war.
Pertama, mereka harus memikirkan konten yang bukan hanya sekadar konten, tapi konten yang dapat mendatangkan uang. Dalam membuat konten pun banyak tenaga, pikiran, ide, yang dikeluarkan, maka konten itu pun harus juga menghasilkan uang.
“Konten yang diunggah harus dapat mendatangkan hubungan, traffic, sehingga konsumen dapat langsung berbelanja,” jelasnya.
War kedua yang harus diselesaikan adalah kemampuan visual dan copywriting. Tidak semua kata dan tulisan dapat diterima oleh calon pembeli. Yunus menyarankan untuk menyesuaikan masalah ini kepada target pasar.
Sementara itu, war ketiga yang harus dihadapi yaitu perang promosi dan harga. Masyarakat Indonesia sudah dimanjakan dengan hari belanja online nasional atau Harbolnas di tanggal cantik setiap bulannya.
“Bukan hanya perang harga, tapi perlu yang kita maknai adalah bagaimana kita mempersiapkan pricelist, kalau kelamaan membalas, konsumen akan langsung cek toko sebelah, hilang, market behavior kita itu buru-buru, gak sabaran,” kata Yunus.
Dengan kata lain, pengelola marketing di suatu usaha atau penjual harus cepat tanggap agar tidak kehilangan calon pembeli. Consumer behavior atau kebiasaan pembeli yang tidak sabaran, yang menurut Yunus jadi ciri khas masyarakat Indonesia.
Masalah keempat yang harus dihadapi dan harus siap adalah adanya brand experience. Pembeli sebelum membeli pasti melihat ulasan, jika kurang bagus, dapat dipastikan mereka mengurungkan niatnya untuk berbelanja. Bahkan, kata Yunus, testimony pun dapat digunakan sebagai konten.
Setelah membuat konten yang sesuai dengan target, unggah dan biarkan media sosial menyampaikan konten tersebut. War dalam algoritma di media sosial menjadi sesuatu yang penting sehingga penjual bisa mendapatkan pasarnya.
“Jika kita menargetkan untuk lansia, berarti kita perlu bikin konten bagi lansia, sehingga algoritma Instagram membaca bahwa ini untuk lansia, mereka akan push ke user yang lansia,” ujarnya.
Dari sisi advertising war, perlu disesuaikan dengan strategi dan bujet yang ada. Penjual dapat mengembangkan diri untuk melakukan pemasaran sendiri atau menggunakan jasa dari agensi digital marketing.
"Jadi tunggu sampai bisnis berjalan, saya bisa bilang kalau sudah sebulan berjalan dengan konsisten, itu bisa gunakan agensi atau influencer,” kata Yunus yang merupakan lulusan Monash University Australia.
War terakhir yang harus diingat adalah milenial hanya dapat bersaing jika memiliki kompetensi dan daya saing yang kuat. Tidak cukup dengan foto yang sangat bagus, tapi kembangkan ide dan kemampuan dengan menggunakan segala platform sehingga dapat bersaing.
“Minimal teman-teman memahami tujuh war ini, sehingga sudah siap melakukan strateginya. Teman-teman akan lebih tenang daripada bikin digital marketing, apa saja dilakukan tapi gak ngerti masalahnya,” ujar Yunus.