Bisnis.com, JAKARTA - Bergabung dalam usaha dengan konsep franchise atau waralaba bisa menjadi salah satu pilihan yang baik untuk memulai bisnis tanpa harus memulai dari awal.
Berbagai merek menawarkan kerja sama waralaba dengan nama yang sudah dikenal dan sistemnya sudah ada. Namun kenyataannya tidak selalu semudah itu.
Tanpa pengetahuan hukum yang tepat dan minim usaha, bisnis yang kelihatannya menjanjikan bisa berubah menjadi buntung.
Jika Anda terjun terlalu cepat, bisa saja kehabisan uang dan harus menanggung risiko sendiri jika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana.
Sungguh menakutkan betapa cepatnya perjanjian waralaba bisa gagal jika harapan tidak terpenuhi dan berjalan tanpa perlindungan hukum.
Sebelum menjalani proses penjualan, kenali beberapa "red flag" atau "tanda bahaya" yang dapat menandakan masalah di masa mendatang, agar Anda lebih berhati-hati.
Baca Juga
Berikut tanda red flag perusahaan yang menawarkan franchise:
1. Menawarkan peluang yang terlalu bagus
Sesuatu hal yang "to good to be true" atau terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, umumnya harus diwaspadai. Jika pemilik waralaba tidak mau atau tidak mampu mengenali kekurangan dalam bisnis mereka, hal itu bisa langsung menjadi tanda bahaya.
Kunci keberhasilan waralaba adalah transparansi, dan itu berarti berbagi hal baik dan juga buruk dengan calon mitra.
2. Pemilik waralaba tidak profesional
Terkadang, waralaba dapat menarik perhatian jenis pebisnis yang unik. Diperlukan keberanian tertentu untuk keluar dan menjual konsep Anda kepada orang lain, yang memungkinkan menciptakan konflik.
Tugas para calon mitra adalah mencoba dan mencari kelemahan dalam konsep tersebut, dan terkadang orang-orang menanggapi pertanyaan semacam itu secara pribadi.
Ketika mereka menanggapinya, tanggapan mereka sering kali mengelak, agresif, atau terkadang sama sekali tidak profesional.
Maka dari itu, jika seorang pendiri atau pewaralaba berperilaku tidak profesional selama proses penjualan, mereka dipastikan akan semakin buruk setelah Anda menjadi mitranya.
3. Terlalu terpaku pada biaya uang muka daripada royalti jangka panjang
Jika pemilik waralaba tampaknya hanya peduli untuk masalah biaya di muka, Anda harus berhati-hati. Pemilik waralaba yang baik tahu bahwa royalti adalah kunci untuk menghasilkan nilai yang berkelanjutan.
Jika mereka mendorong biaya waralaba yang lebih tinggi dan menawarkan pemotongan royalti yang signifikan, berhati-hatilah. Mereka mungkin hanya mencari arus kas jangka pendek.
4. Perlu kontrol ketat dalam proses validasi
Jika pewaralaba tampak enggan memberikan sejumlah kontak mitra lain, hal itu dapat menimbulkan kekhawatiran.
Ketika tidak ada seorang pun dalam sistem mereka yang dapat mereka andalkan untuk menjamin mereka dan mengelak ketika menyangkut validasi, ada kemungkinan mereka menyembunyikan sesuatu.
5. Umpan balik negatif dari mitra
Jika seorang franchisee atau mitra menjelek-jelekkan pemberi waralaba, mungkin ada sesuatu di belakangnya yang harus Anda telusuri.
Terkadang, franchisee akan menggunakan percakapan validasi sebagai cara untuk mengungkit atau mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan dari pemilik usaha waralaba.
Terlepas dari apakah mereka benar atau salah, fakta bahwa mereka menggunakan taktik semacam itu dengan memberikan ulasan negatif, merupakan tanda bahaya yang besar.
Anda menginginkan sistem waralaba tempat terdapat komunikasi terbuka antara penerima waralaba dan pemberi waralaba. Jika hal itu tidak ada, hentikan proses pembelian franchise atau lanjutkan dengan sangat hati-hati.