Bisnis.com, JAKARTA - Terlahir dari keluarga pengusaha muslim, Aliko Dangote (64) dikenal sebagai orang terkaya dari Afrika. Kakek buyutnya adalah pedagang kola dan kacang tanah paling tajir dari Afrika barat.
Dangote kecil dibesarkan oleh kakeknya yang merupakan pengusaha material bangunan setelah ayahnya wafat saat berumur 8 tahun. Setelah lulus dari Al-Azhar University di Cairo, Mesir, Dangote yang baru berumur 21 tahun kembali ke kampung halamannya di Nigeria untuk membangun bisnis pertamanya di bidang perdagangan komoditas semen.
Pada 1981, dia membangun korporasi yang menjadi bibit awal Dangote Group. Pada sekitar 1980—1990, Dangote mendiversifikasi bisnisnya ke berbagai produk seperti gula, tepung, ikan, beras, susu, dan baja. Mulai 1996, dengan potensi besar pertumbuhan populasi di Nigeria dan ada dorongan dari pemerintah untuk mengurangi impor, Dangote memutuskan untuk beralih dari dagang menjadi manufaktur.
Akhirnya, pada 1999, pabrik pengolahan gula, tepung, dan pasta berdiri. Setahun setelahnya, dia mengakuisisi Benue Cement Co., dari Pemerintah Nigeria dan membangun Pabrik Semen Obajana di Kogi yang saat ini merupakan fasilitas semen terbesar di Sub-Sahara Afrika dengan kapasitas 16,25 metrik ton per tahun (Mta).
Konglomerasi Dangote menjadi yang terbesar di benua itu. Saat ini, bisnis Dangote Group telah menggurita hingga pupuk, pertanian, otomotif, penyulingan minyak, petrokimia, hingga real estat dengan total karyawan lebih dari 30.000 orang.
Dangote masuk ke dalam jajaran Bloomberg Billionaire Index ke-93 dengan total kekayaan US$20,1 miliar. Kekayaan Dangote mayoritas berasal dari kepemilikan saham langsung maupun melalui konglomerasi Dangote Industries sebesar 86 persen dari Dangote Cement yang diperdagangkan publik.
Sahamnya juga tersebar di unit bisnis yang lain seperti Dangote Sugar, Nascon Allied Industries dan United Bank for Africa. Asetnya yang paling berharga adalah pabrik pupuk di Lagos dengan kapasitas produksi hingga 3 juta ton urea per tahun.
Sementara itu, fasilitas penyulingan minyak berkapasitas 650.000 barel per hari senilai US$19 miliar digadang-gadang akan memenuhi seluruh kebutuhan negara. Saat ini fasilitas tersebut sedang dibangun di Nigeria. Dia juga memiliki deretan properti hunian dan komersial di Lagos.
Pada awal Desember, Aliko Dangote mencatatkan rekor lonjakan kekayaan sejak 2014 setelah harga sahamnya di Dangote Cement Plc., meroket hingga US$2,3 miliar. Hal ini didukung oleh kuatnya permintaan semen dan kenaikan harga bahan bangunan di jantung ekonomi Afrika.
Dia berulang kali diserang kritik karena kedekatannya dengan pemerintah yang dinilai menciptakan ketidakadilan di pasar.
Pabrik gulanya, Dangote Sugar Refinery Plc., merupakan salah satu dari tiga yang diberikan izin oleh bank sentral Nigeria untuk mengimpor bahan pemanis. Rencananya, perusahaan akan mengekspansi bisnisnya ke negara bagian Adamawa dan Nasarawa di utara Nigeria senilai US$1 miliar pada 2023.
Alhaji, sebutan untuk Dangote sebagai seorang muslim yang telah menyelesaikan ibadah haji, termasuk menjadi donatur ketika Afrika diserang virus Ebola pada 2014 dengan sumbangan 150 juta naira (US$750.000) dan 200 juta naira (US$500.000) pada saat pandemi Covid-19 pada 2020.