Bisnis.com JAKARTA -- Setiap pelaku usaha pasti ingin agar bisnis yang dikembangkan dapat berjalan secara autopilot atau otomatis sehingga sang pemilik bisa melepas bisnisnya dan dapat lebih fokus pada pengembangan usaha.
Namun sayangnya, sebagain besar pelaku usaha di Indonesia lebih sering mengerjakan semua detail proses bisnisnya sendiri atau hanya dibantu beberapa orang saja sehingga sulit untuk berkembang. Padahal, jika sang pemilik bisnis dapat membangun sistem dengan baik maka usahanya dapat lebih terkontrol dan lebih mudah untuk dilepas untuk berjalan secara autopilot.
Hal ini pula yang dilakukan oleh Nadya Amatullah Nizar pemilik brand modest fashion Nadjani. Saat pertama kali memulai usahanya pada 2011 silam, Nadya benar-benar mengerjakan semua usahanya sendiri dari garasi mobil.
Mulai dari membuat desain, membeli bahan, memasang label, proses pemasaran semua dijalankan sendiri dengan dibantu sang suami dan 3 orang tukang jahit. Kemudian pada 2012 sempat booming komunitas hijab. Sebagai seseorang yang sudah berhijab, tentu Nadya mengetahu celah kebutuhan dari para ibu-ibu muda hijabers tersebu.
Dari sana mulai muncul tren hijab dimana Nadjani juga ikut andil di dalam tren tersebut. Apalagi ketika dirinya makin menggencarkan penjualan secara online pada 2013, penjualan pun kian lama terus meningkat.
“Lama-lama orderan sehari ada 100, pusing juga kalau semuanya sendiri. Saya jadi ngga bisa fokus mengembangkan brand karena terlalu terpaku pada produksi. Akhirnya saya dan suami memikirkan untuk membangun sistem bisnis pelan-pelan dan ngga nyangka juga kalau pada akhirnya bisnis ini bisa autopilot,” ujarnya.
Baca Juga
Mereka lantas menjadikan rumah sebagai kantor dan secara perlahan membuat sistem di dalam bisnis yang dijalankan. Salah satu hal yang cukup penting saa membuat sistem adalah menemukan karyawan yang tepat dan dapat dipercaya untuk bisa menjalankan sistem yang akan dibangun.
Sistem pertama yang mereka buat adalah sistem admin. Ketika memiliki sistem admin yang tepat, maka proses penjualan juga akan lebih mudah dan sekaligus juga dapat mendongkrak penjualan karena admin yang ramah dan fast respons dengan para pelanggan.
Saat ini, Nadjani telah memiliki 7 sistem admin. Masing-masing admin memiliki gudang dan barang sendiri, termasuk di dalamnya ada kasir.
“Dengan membuat sistem admin masing-masing seperti ini jadinya tidak akan bentrokKarena pernah ketika sistem gudang disatuin, terjadi tarik-tarikan barang. Barangnya ternyata habis padahal customer sudah memesan, ini kan bisa membuat jelek. Makanya masing-masing admin sekarang bertanggung jawab akan stok barangnya sendiri,” jelasnya.
Selain sistem admin, hal yang juga tidak kalah penting agar bisnis yang dijalankan bisa autopilot adalah membuat sistem di bagian keuangan. Sebab, dia pernah menerima bukti transfer palsu dari customer.
“Saking banyaknya transaksi yang masuk jadi kadang kami tidak mengecek satu-satu ternyata ada yang palsu dan mirip banget. Makanya dibuat sistem keuangan sehingga akan lebih memudahkan dan bisa mentracking uang yang keluar masuk. Sekaligus bisa mengontrol penjualan dan pembelian barang,” terangnya.
Sebagai seorang pebisnis yang bergerak di bidang fesyen, Nadya juga membutuhkan tim bidang ceative dan designer yang membantunya dalam mebuat desain. Sebab, tidak mungkin juga jika dirinya yang harus mendesain seluruh produk yang saat ini bisa mencapai 5000 hingga 7000 pcs.
Seiring berjalannya waktu, Nadjani pun kini telah memiliki mesin produksi sendiri. Sebab, pernah ketika dirinya melakukan print bahan ke pihak lain dengan desain dan motif khas dari Nadjani, ternyata desain tersebut diprint kembali dan dijual kepada pihak lain.
“Dari situ kami berpikir untuk invest ke mesin produksi sehingga tidak ada yang bisa meniru desain produk. Dan sekarang kami memiliki tempat produksi dan mesin sendiri di bawah Nadjani tetapi beda perusahaan,” tuturnya.
Di samping itu mereka pun bahkan telah membuat sistem produksi mulai dari stock opname , ketersediaan bahan, benang, kancing, dan lain sebagainya. Sebab, dengan makin besarnya bisnis yang dijalankan, maka jumlah produk pun kian meningkat sehingga kebutuhan akan bahan-bahan juga sangat besar.
“Jika tidak ada sistem opname produksi maka kadang kita kesulitan menghitung mana saja bahan yang sudah habis, mana saja barang yang kadaluarsa. Karena kalau dihitung secara manual untuk 7000 produk ya cape juga,” jelasnya.
Menurutnya, jika ingin bisnis berjalan secara autopilot dan dapat berkembang pesat, maka dibutuhkan sistem dan standar operasional yang jelas. Sebab, jika sistem dan SOP nya belum jelas, maka ketika dilepas oleh sang owner maka bisnisnya akan berantakan.
Namun, agar sistem dalam bisnis yang telah dibuat tersebut dapat dijalankan dengan baik dan benar, dibutuhkan karyawan-karyawan inti yang bisa dipercaya. Hal ini pula yang membuatnya menjadikan karyawan sebagai aset dengan membuat sistem layaknya kekeluargaan. Selain itu, Nadjani juga sangat memperhatikan kesejahteraan karyawan dengan memberikan gaji hingga 14 kali dan liburan sekali dalam setahun.